Mayoritas Aset Tidak Produktif di Indonesia, Nilai Wakafnya Capai Rp 2.050 Triliun

Tayang: 27 September 2024, 14:45 WIB
Penulis: Dian Sulistiono
Editor: Tim Banjarnegaraku
Mayoritas Berupa Aset Tidak Produktif di Indonesia, Nilai Wakafnya Capai Rp 2.050 Triliun./Humas
Mayoritas Berupa Aset Tidak Produktif di Indonesia, Nilai Wakafnya Capai Rp 2.050 Triliun./Humas /Dian Sulistiono/

BANJARNEGARAKU.COM - Hingga kini aset wakaf di Indonesia cukup besar, tidak tanggung-tanggung angkanya diperkirakan mencapai Rp 2.050 triliunan. Namun, mayoritas dari aset wakaf tersebut berupa aset fisik dan kurang produktif.

Hal tersebut disampaikan Direktur DEKS Bank Indonesia (BI) Rifki Ismal dalam forum Simposium Keuangan dan Ekonomi Syariah yang diselenggarakan Forum Jurnalis Wakaf dan Zakat Indonesia (Forjukafi) di Jakarta pada Kamis 26 September 2024.

Dia menuturkan BI sebagai otoritas moneter memiliki kepentingan terhadap ekonomi syariah.

Baca Juga: BPKH Ajak Masyarakat Daftar Haji di Usia Muda, Kemampuan Fisik Prima Dibutuhkan dalam Berhaji....

"Termasuk keuangan syariah dab keuangan sosial," katanya.

Ditambahkan Rifki, khusus untuk wakaf, di Indonesia sejatinya sudah sangat besar. Dalam catatannya aset wakaf di Indonesia saat ini sekitar Rp 2.050 triliun. Namun kebanyakan dari aset wakaf tersebut, wujud aset tidak produktif secara ekonomi.

"Kalau kita bicara wakaf, masyarakat oahamnya masjid, makam, atau pesantren," katanya. Pandangan tersebut kata Rifki tidak salah. Namun sejatinya paradigma terhadap wakaf itu sangat luas. Dia mencontohkan kampus Universitas Al Azhar di Kairo, Mesir merupakan lembaga pendidikan yang berdiri di atas aset wakaf.

Dijelaskan Rifki, bahwa angka literasi atau melek ekonomi syariah masih 28 persen. Artinya dari 100 orang, ada 28 orang yang paham ekonomi syariah. Kemudian dari sisi profesi, pemahaman soal ekonomi dan keuangan syariah adalah dosen dan PNS.

Baca Juga: Tindak Kekerasan! Ajudan Komjen Pol (purn) Nana Sudjana Tarik Wartawan hingga Terjatuh, Zainal Petir Bereaksi!

Dia berharap dengan keterlibatan masyarakat, khususnya dari kalangan jurnalis, literasi keuangan syariah di masyarakat bisa meningkat.

Untuk diketahui, simposium keuangan dan literasi syariah itu terbagi dalam dua sesi panel. Sesi pertama mengangkat tema "Optimalisasi Pasar Modal dan Perbankan dalam Percepatan Inklusi Keuangan Syariah”.

Sesi ini menghadirkan Direktur Utama Bank Syariah Indonesia Hery Gunardi, Direktur Departemen Ekonomi dan Keuangan Syariah Bank Indonesia Rifki Ismal, Kepala Divisi Pasar Modal Syariah Bursa Efek Indonesia Irwan Abdulloh, serta Co Founder & CEO Shafiq, Kevin Syahrizal.

Baca Juga: Sispala Gigas SMK Negeri 1 Mandiraja Gelar Aksi World Clean Up Day 2024 di Pasar Purwasaba Mandiraja

Lalu pada sesi kedua, diskusi panel mengangkat tema “Tantangan dan Peluang Pengelolaan Haji” dengan narasumber Dr Sulistyowati, ME, WMI, CFP salah satu Pimpinan Badan Pengelola Keuangan Haji (BPKH).

Lalu Consumer Finance Business Division Head Bank Mega Syariah Raksa Jatna Budi, serta Dekan Fakultas Ekonomi dan Manajemen IPB Irfan Syauqi Beik.

Simposium Keuangan dan Ekonomi Syariah ini didukung oleh PT Pertamina (persero), Badan Pengelola Kuangan Haji (BPKH), PT Rintis Sejahtera (PRIMA), PT Hutama Karya, Yayasan Jala Surga, PT Semen Indonesia (SIG), Yayasan Amaliah Astra, PT Jasa Raharja, dan PT Pelindo.***

Sumber: Humas


Tags

Terkini

Trending

Berita Pilgub