Lebih jauh dia menjelaskan, sampah banyak ditemukan disudut desa dan Kota yang kondisinya kumuh, tidak sehat, dan tidak nyaman.
“Hal ini karena pendidikan di Indonesia dari usia dini sampai perguruan tinggi tidak mempunyai sistem pendidikan lingkungan yang baik, terstruktur, massif, berkesinambungan atau sustainable,” lanjutnya.
Dr Tuswadi mencontohkan, di negara maju seperti Jepang, sistem pendidikannya sangat disiplin termasuk pendidikan lingkungan hidup, maka hampir tidak ditemui dalam keseharian ada warga Jepang yang buang sampah sembarangan.
Semuanya mengikuti peraturan pemerintah, memilah sampah, mengumpulkannya pada tempat sendiri-sendiri, sehingga tidak jatuh ke alam bebas dan sampah yang bisa didaur ulang bisa diangkut langsung ke perusahaan daur ulang.
“Setelah kalian makan atau minum, pastikan pembungkus berupa plastik dicuci dulu di wastafel, tiriskan dan kemudian masukkan ke dalam tong yang telah disediakan,” ujarnya.
Kemudian, masukkan ke tong untuk sampah plastik, kotak kertas teh atau gelas kertas masukkan ke tong sampah kertas sehingga dalam tong berisi sampah yang bersih terbebas dari kuman.
“Nanti kalau tongnya sudah penuh, sampahnya dibungkus kantong besar dan kelak dijual ke pemulung, uangnya bisa untuk tabungan kas kelas,” tuturnya.
Dr Tuswadi berharap, untuk mensukseskan implementasi pendidikan karakter dalam persampahan yang ramah lingkungan pihak sekolah diharapkan melakukan hal penting tentang edukasi ini.
Baca Juga: STIE Tamansiswa Banjarnegara Berkomitmen Siapkan Relawan Handal dan Berkualitas