BANJARNEGARAKU.COM - Baru-baru ini Indonesia berhasil menaturalisasi dua pemain asa Belanda yaitu Mees Hilgers dan Eliano Reijnders. Sementara itu, Malaysia gagal menaturalisasi Mats Deijl karena ditolak FIFA.
Kedua negara, Indonesia dan Malaysia, berlomba-lomba memperkuat tim nasional mereka, dan proses naturalisasi menjadi salah satu strategi andalan.
Namun, bagaimana perbandingan proses naturalisasi di Indonesia dan Malaysia? Yuk, kita simak!
Indonesia baru saja membuat gebrakan dengan menaturalisasi dua pemain keturunan Belanda, Mees Hilgers dan Eliano Reijnders, yang kini resmi menjadi Warga Negara Indonesia (WNI). Proses ini dilakukan dengan cepat dan efektif di Brussel, Belgia.
Mengapa di luar negeri? Karena pentingnya waktu untuk segera bergabung dengan Timnas, PSSI mengupayakan proses naturalisasi di luar negeri agar Mees dan Eliano bisa langsung memperkuat tim di Kualifikasi Piala Dunia 2026 melawan Bahrain dan Cina.
Baca Juga: Coba Tiru Indonesia, Tetangga Gagal Naturalisasi Mats Deijl Gabung Harimau Malaya
PSSI bergerak cepat bersama DPR, Presiden Jokowi, serta Dirjen Imigrasi, menyelesaikan proses dalam waktu sepekan.
Setelah sumpah diambil, kedua pemain siap memberi kontribusi besar di lini pertahanan dan tengah.
Mees Hilgers, bek tangguh dari FC Twente, dan Eliano Reijnders, gelandang PEC Zwolle, diharapkan mampu membawa Timnas Indonesia melangkah lebih jauh di kancah internasional.
Di sisi lain, Malaysia baru saja mengalami kekecewaan besar dalam upaya mereka menaturalisasi pemain asal Belanda, Mats Deijl.
Federasi Sepak Bola Malaysia (FAM) berupaya keras agar pemain berusia 27 tahun ini bisa memperkuat Tim Harimau Malaya, namun FIFA menolak permohonan naturalisasi tersebut.
Kenapa gagal? Meski Deijl memiliki keturunan Malaysia dari nenek moyangnya, aturan FIFA menyatakan bahwa seorang pemain hanya bisa mewakili sebuah negara jika salah satu kakek atau nenek langsungnya lahir di negara tersebut.
Baca Juga: Siapa Saja yang Lolos ke Piala Asia U-20 2025? Ini Daftarnya!
Sayangnya, garis keturunan Deijl tidak memenuhi syarat tersebut. Upaya FAM untuk memperjuangkan Deijl pun harus kandas, meski mereka telah menyertakan dokumen lengkap.
Proses naturalisasi di Indonesia tampak lebih fleksibel, dengan berbagai pihak yang terlibat untuk mempercepat proses.
Mulai dari pengurusan di luar negeri hingga penerbitan Keputusan Presiden, semuanya dilakukan dalam waktu singkat, memastikan pemain bisa segera tampil untuk Timnas.
Sementara itu, Malaysia terhambat oleh ketatnya aturan FIFA. Meskipun mereka telah mengupayakan proses naturalisasi dengan serius, garis keturunan dan aturan FIFA menjadi tembok besar yang tidak bisa ditembus.
Dalam duel naturalisasi ini, Indonesia jelas berada di posisi unggul dengan berhasil menaturalisasi pemain penting tepat waktu.
Baca Juga: Sah! Naturalisasi Kilat Dua Pemain Belanda, Timnas Indonesia Siap Tempur
Sementara Malaysia masih harus bersabar mencari pemain lain yang memenuhi kriteria FIFA.
Meski begitu, kedua negara tetap semangat memperkuat tim mereka, dan kita sebagai penonton tentu menantikan pertandingan-pertandingan seru antara dua rival ini.
Pada akhirnya, naturalisasi bukan hanya soal mengumpulkan pemain berbakat, tetapi juga soal strategi, kecepatan, dan, tentu saja, aturan yang berlaku.
Siapakah yang akan lebih sukses di masa depan? Hanya waktu yang bisa menjawab.***