BANJARNEGARAKU - Kamu orang Jawa, Masih keturunan Jawa, atau ingin menjadi orang Jawa? Seberapa Jawa Kamu, dapat terukur salah satunya dari kemampuan kamu berbahasa Jawa.
Bahasa Jawa adalah bahasa daerah bagi suku Jawa, terutama di Jawa Tengah dan Jawa Timur. Masing masing daerah di Jawa Tengah maupun Jawa Timur, juga memiliki logat dan ragam bahasa Jawa yang kadang berbeda.
Lebaran 2022 Tanggal Berapa? diucapkan menggunakan bahasa Jawa akan ditemui pada artikel kali ini.
Baca Juga: Seberapa Jawa Kamu! Arti Kata dan Kalimat dari Muring, Muspra dan Mustajab
Berikut adalah kalimat Lebaran 2022 Tanggal Berapa yang diucapkan menggunakan bahasa Jawa, dipandu oleh Inti Fauzia Carolina SPd SD MSi alumni FKIP PGSD Universitas Terbuka.
Pedoman arti bahasa Jawa ini berpedoman pada E-Kamus Praktis Jawa-Indonesia untuk SD/MI Kemdikbud Balai Bahasa Provinsi DIY.
Lebaran 2022 tanggal berapa jika di uraikan tiap katanya menggunakan bahasa Jawa, dapat di ucapkan sebagai berikut:
1. Lebaran = badan
2. 2022 = rongewu rolikur
3. Tanggal = tanggal
4. Berapa = pira
Sehingga jika dirangkai menjadi kalimat yaitu 'Badan rongewu rolikur tanggal pira?'
Kalimat di atas merupakan kalimat yang menggunakan bahasa Jawa Ngoko. Bahasa yang diucapkan dengan sesama umur atau kepada orang yang lebih tua.
Perlu diketahui dalam bahasa Jawa terdapat beberapa jenis bahasa yang disesuaikan dengan siapa kita berbicara.
Sedangkan jika kita akan berbicara dengan orang yang lebih tua, maka menggunakan bahasa Jawa krama, yitu menjadi:
Dinten riyaya taun kalih ewu kalih likur punika tanggal pinten?
Baca Juga: Seberapa Jawa Kamu? VIRAL Kata 'Saur' Versi Bulan Ramadhon Menjelang Hari Raya, Apa arti Kata 'Saur'
Berdasarkan contoh di atas, dapat kita ketahui bahwa bahasa Jawa memiliki ragam yang disesuaikan dengan siapa kita berbicara untuk menunjukkan rasa hormat.
Inilah sekelumit contoh keunikan ragam bahasa Jawa. Arti sebuah kata akan lebih mudah dicari berdasarkan konteks kalimatnya.
Masih banyak keunikan lain dari bahasa Jawa yang wajib kita ketahui, agar budaya daerah tetap lestari tidak tergerus oleh asimilasi budaya asing yang tidak bisa terbendung oleh globalisasi.***