Siswa SMPN 1 Banjarnegara Bersama Ilmuwan Belajar Mengelola Sampah, Ikuti Keseruannya

28 Juli 2022, 09:50 WIB
Dr Tuswadi, beraksi untuk mendidik siswa agar paham sebab akibat rusaknya alam karena sampah. /doc. Pribadi Dr. Tuswadi

BANJARNEGARAKU.COM - Sampah menjadi salah satu masalah besar dan sangat serius yang mengancam keberlangsungan hidup manusia, hewan, dan tumbuhan di muka bumi.

Plastik sebagai salah satu sumber sampah yang tidak bisa terurai di alam berdampak langsung bagi kelestarian tanah dan kehidupan semakin tampak.

Dilaut tidak sedikit ikan-ikan besar sekarat dan mati karena menelan sampah plastik yang terbuang sembarangan oleh manusia.

Baca Juga: Pisah Sambut Kepala UDD PMI Banjarnegara 'Melanjutkan yang Baik, Perkuat Inovasi dan Sinergi'

Oleh karena itu perlu adanya peran serta dan langkah nyata sebagai upaya mengedukasi masyarakat tentang bahaya sampah.

Menyikapi hal tersebut, seorang guru Bahasa Inggris di SMPN 1 Banjarnegara sekaligus ilmuwan kebencanaan, Dr Tuswadi, beraksi untuk mendidik siswa agar paham sebab akibat rusaknya alam karena sampah.

Upaya lain juga dilakukan dengan melatih siswa untuk memperlakukan sampah menjadi sesuatu yang aman dan benilai ekonomis.

“Pertama melalui lecture yang sangat kontekstual, anak-anak dibuka mata hatinya bahwa bangsa Indonesia belum disiplin dalam buang membuang,” ujarnya.

Baca Juga: Perkuat Mitigasi Bencana Alam, PMI Kebumen Gelar Lokalatih Kebencanaan Bagi Pendamping Desa

Lebih jauh dia menjelaskan, sampah banyak ditemukan disudut desa dan Kota yang kondisinya kumuh, tidak sehat, dan tidak nyaman.

“Hal ini karena pendidikan di Indonesia dari usia dini sampai perguruan tinggi tidak mempunyai sistem pendidikan lingkungan yang baik, terstruktur, massif, berkesinambungan atau sustainable,” lanjutnya.

Dr Tuswadi mencontohkan, di negara maju seperti Jepang, sistem pendidikannya sangat disiplin termasuk pendidikan lingkungan hidup, maka hampir tidak ditemui dalam keseharian ada warga Jepang yang buang sampah sembarangan.

Semuanya mengikuti peraturan pemerintah, memilah sampah, mengumpulkannya pada tempat sendiri-sendiri, sehingga tidak jatuh ke alam bebas dan sampah yang bisa didaur ulang bisa diangkut langsung ke perusahaan daur ulang.

Baca Juga: Implementasikan Kurikulum Merdeka Belajar, Begini Rekomendasi Ilmuwan Bagi Guru Bahasa Inggris di Banjarnegara

“Setelah kalian makan atau minum, pastikan pembungkus berupa plastik dicuci dulu di wastafel, tiriskan dan kemudian masukkan ke dalam tong yang telah disediakan,” ujarnya.

Kemudian, masukkan ke tong untuk sampah plastik, kotak kertas teh atau gelas kertas masukkan ke tong sampah kertas sehingga dalam tong berisi sampah yang bersih terbebas dari kuman.

“Nanti kalau tongnya sudah penuh, sampahnya dibungkus kantong besar dan kelak dijual ke pemulung, uangnya bisa untuk tabungan kas kelas,” tuturnya.

Dr Tuswadi berharap, untuk mensukseskan implementasi pendidikan karakter dalam persampahan yang ramah lingkungan pihak sekolah diharapkan melakukan hal penting tentang edukasi ini.

Baca Juga: STIE Tamansiswa Banjarnegara Berkomitmen Siapkan Relawan Handal dan Berkualitas

“Seperti menyediakan tong besar ruang kelas dua buah untuk memilah sampah plastik dan sampah kertas serta memberikan notice agar anak didik buang sampah dengan membersihkannya terlebih dahulu,” tuturnya.

Selain itu, sekolah menstok kantong-kantong besar untuk mengumpulkan sampah yang akan diangkut ke pemulung.

Kemudian, terdapat petugas khusus yang secara rutin misalnya seminggu sekali mengambil sampah yang terkumpul di setiap kelas, jika sampah sudah menggunung tinggal memanggil pemulung untuk membelinya.

Baca Juga: Tingkatkan Layanan Rujukan, Dinas Kesehatan Banjarnegara Implementasikan Sisrute

“Perlu dibuat tim promosi kesehatan khusus manajemen sampah di sekolah, mereka bertugas memberikan pemahaman kepada segenap guru dan karyawan dan peserta didik,” lanjut Dr Tuswadi.

Secara khusus Dr Tuswadi berpesan kepada seluruh peserta didik tentang pentingnya tidak membuang sampah plastik atau non degradable ke alam bebas karena dapat merusak alam.

Siswa harus terus dilatih, dibimbing, diberikan contoh tata cara memilah, mencuci, dan meletakkan sampah yang bisa didaur ulang di tempat yang telah disediakan dan guru harus menjadi teladan dalam setiap program sekolah.

“Sekolah Adiwiyata, Kabupaten Adipura menurut saya sebagai guru bukan hanya ceremonial dan dapat piala,” tegasnya.

Baca Juga: TMMD Sengkuyung di Banjarnegara Tahap 2 Resmi Dibuka, Wujud Akselerasi Pembangunan di Desa

Namun, implementasi kehidupan yang bersih dan beradab harus menyatu ke relung hati seluruh masyarakat sehingga akan mewujud menjadi bangsa yang besar dan pintar mengelola sampah dan menjaga kelestarian bumi seisinya.***

Editor: M. Alwan Rifai

Tags

Terkini

Terpopuler