Pegiat Seni Budaya Sarasehan Bima Cablaka yang Akan Jadi Ikon Banjarnegara, Batal Deklarasi

- 24 Juni 2024, 07:00 WIB
Tokoh budayawan Banjarnegara pada acara Sarasehan dan Deklarasi: Seni, Budaya, dan Icon Banjarnegara
Tokoh budayawan Banjarnegara pada acara Sarasehan dan Deklarasi: Seni, Budaya, dan Icon Banjarnegara /Brave / Banjarnegaraku

BANJARNEGARAKU.COM - Tembang Pangkur oleh pranata cara Bagong mengawali acara “Sarasehan dan Deklarasi: Seni, Budaya dan Icon Banjarnegara”. Sekira 150 orang pegiat seni Banjarnegara dan aktivis berkumpul di Balai Budaya pada Minggu 23 Juni 2024. 

Ketua Panitia Sarasehan, mBah Miskun Fayakun mengatakan bahwa sudah saatnya kebudayaan Jawa dikembalikan kepada orang Jawa. 

“Sudah 453 tahun kebudayaan Banjarnegara disepelekan,” ujarnya. 

Baca Juga: Hadiri Haul Ke-71 Kyai Muhammad Roni, Bupati Tiwi Ajak Lanjutkan Semangat Pendahulu

Menurut penggagas acara, Wahono, para budayawan Banjarnegara sudah membicarakan Seni, Budaya dan Ikon selama 3,5 tahun. Banjarnegara harus punya identitas kalau mau maju. 

“Budaya paling dasar adalah komunikasi yang digunakan adalah Cablaka atau Blaka Sutha. Berbicara apa adanya tanpa tedheng aling-aling dengan gaya Bawor,” ujar Wahono. 

Sungai Serayu sangat lekat dengan kehidupan Banjarnegara. Sayangnya kalau sungai dijadikan ikon, maka bentuknya menurut Wahono akan seperti cacing. Maka dari itu diambillah sumber mata air Sungai Serayu yaitu mata air (tuk) Bima Lukar. 

Baca Juga: Jadwal Pertandingan Timnas Indonesia pada Fase Grup Piala AFF U-16 2024

Bima adalah tokoh Pandawa yang berbicara tanpa bahasa krama dan cablaka. 

“Hal ini sangat pas dengan cara Banjarnegara berkomunikasi,” jelas Wahono. 

Karakter Bima ini harus dideklarasikan dan diwujudkan dalam 2 dimensi dan 3 dimensi. Bentuk buku akan diajarkan sekolah-sekolah. Bentuk 3 dimensi dalam bentuk patung ada di tiap pintu masuk Banjarnegara dan tiap kecamatan. 

Baca Juga: Setelah Melaksanakan Armuzna, Jamaah Haji Purbalingga Kembali ke Makkah

“Dengan adanya Bima, akan menjadi pembeda Banjarnegara dengan tempat lain,” kata Wahono yang merupakan penggagas Sarasehan dan ketua Forum Kebangkitan Banjarnegara. 

Tursiman S.Sos, kepala Disbudpar Banjarnegara, secara jujur mengakui merasa minder saat diskusi dengan dinas daerah lain. Banyumas punya Bawor yang juga punya karakter Cablaka. Sementara Wonosobo punya ikon Arjuna. 

“Saya bingung, kalau Banjarnegara yang khas apa?” tanya Tursiman. 

Baca Juga: Urutan 5 Kecamatan Tersempit di Kabupaten Banjarnegara, Salah Satunya Karangkobar

Padahal, Banjarnegara punya seni budaya yang khas, lanjut Tursiman yang juga kepala Persatuan Pedalangan Indonesia (Pepadi). Selain itu, Banjarnegara juga punya sekira 300 grup Embeg (Ebeg atau Kuda Lumping) yang bisa jadi potensi budaya Banjarnegara. 

Kepala DPRD Banjarnegara, Ismawan setuju menjadikan Bima sebagai Idola. Jakarta punya ikon Monas. Apabila Bima jadi Ikon di Banjarnegara maka kalau ada yang foto bersama patung Bima, orang akan tahu bahwa itu di Banjarnegara. 

“Berkepribadian dalam budaya adalah salah satu trisakti dari pemikiran bung Karno supaya sebuah negara maju,” kata Ismawan. 

Baca Juga: Mengenal Pantarlih, Apa Saja Tugasnya pada Pemilihan Serentak 2024?

Acara berlanjut dengan pendapat berbagai tokoh budayawan Banjarnegara dari berbagai elemen yang turut hadir di Balai Budaya, Jl. Serulingmas, Banjarnegara. 

Acara berlangsung hingga pukul 23.00 WIB tanpa kesepakatan bulat. Meskipun ada 90 persen pendapat setuju apabila Bima jadi ikon, namun perlu kajian lebih lanjut sebelum disetujui secara bulat untuk deklarasi.

Acara Deklarasi Bima sebagai Ikon dan Bima Cablaka sebagai budaya Banjarnegara dibatalkan oleh penggagas FKB. ***

 

 

 

 

Editor: Aris BRAVE

Sumber: Liputan Banjarnegaraku


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah