Sambut Tahun Baru Sura, Begini Cara Warga Banjarnegara Ungkapkan Wujud Syukur pada Sang Pencipta

23 Agustus 2022, 19:08 WIB
Sambut Tahun Baru Sura, Begini Cara Warga Banjarnegara Ungkapkan Wujud Syukur pada Sang Pencipta /M. Nurudin/Banjarnegaraku.com

BANJARNEGARAKU.COM - Masyarakat Indonesia kaya akan tradisi yang telah mengakar dan kental dalam kehidupan sehari-hari, salah satunya tradisi takiran.

Takiran merupakan salah satu tradisi peninggalan para leluhur dan telah dilakukan secara turun temurun.

Sebagaimana yang dilakukan oleh warga Desa Dermasari, Kecamatan Susukan, Banjarnegara, Jawa Tengah ini misalnya, dalam menyambut Tahun Baru Sura pada penanggalan Jawa atau 1 Muharram 1444 H pada kalender Hijriyah, warga setempat menggelar tradisi Takiran.

Baca Juga: Bersiaplah! Denny Cak Nan Bakal Menggoyang Banjarnegara, Catat Hari dan Tanggalnya

Biasanya, tradisi ini dilakukan pada hari dan pasaran tertentu dalam kalender atau penanggalan Jawa.

Tepatnya, setiap Hari Jumat Kliwon atau Selasa kliwon pada pekan terakhir di bulan Sura atau Muharram.

Perangkat Desa Dermasari, Mohammad Nurudin menyatakan, tradisi Takiran ini sebagai ungkapan wujud rasa syukur kepada sang pencipta.

Dimana dalam kegiatan takiran ini warga berkumpul dan membawa nasi takir lengkap beserta lauk pauknya.

Nasi takir ditempatkan dalam sebuah wadah, atau dikenal dengan istilah tenong.

Baca Juga: Soal dan Kunci Jawaban IPA SMP MTS Materi Sistem Reproduksi Manusia, Apa Manfaat Khitan?

Penempatan lokasi Nasi Takir beserta lauk pauknya pun disajikan di tempat tertentu. Biasanya di pinggir jalan, baik pertigaan atau perempatan jalan desa.

Namun, pada perayaan Suran Tahun ini dipusatkan di lingkungan Taman Layak Anak (TLA) Desa Dermasari.

Dengan kondisi yang lebih terbuka dan leluasa dari lalu lintas jalan.

"Tradisi Takiran ini telah dilakukan secara turun temurun sejak dulu. Biasanya setiap Jumat Kliwon atau Selasa Kliwon pada minggu terakhir bulan Sura," ungkapnya pada Hari Senin, 22 Agustus 2022.

Lebih jauh dikatakannya, selain sebagai ungkapan wujud rasa syukur pada sang pencipta, tradisi Takiran juga sebagai sarana bersilaturahmi warga, sehingga kegiatan dipusatkan di tempat yang lebih terbuka.

Dengan demikian, warga lebih leluasa untuk berkumpul dan berinteraksi dengan warga lainnya.

Baca Juga: Apa Itu Jajar Legowo? Kok Ada Tanaman Refugia? Upaya Petani Banjarnegara Tingkatkan Produktivitas Pertanian

Meski setiap dusun ada yang sudah berinisiatif menggelar tradisi Takiran, namun Pihak Pemerintah Desa Dermasari pun menggelar tradisi Takiran di Tingkat Desa.

Setelah tamu undangan dan warga hadir dan berkumpul semua, dengan dipimpin tokoh agama setempat lalu berdoa bersama.

Nasi takir yang telah didoakan lalu disantap bersama, dan dilanjutkan dengan saling bertukar nasi takir antar warga satu dengan warga lainnya.

Takir sebagai simbol, dimana Takir kepanjangan dari 'Nata Pikir'.

Hal ini mengandung arti bahwa selain sebagai manusia harus selalu berpikir dahulu ketika akan melakukan sebuah tindakan, ada pesan tersirat bahwa jangan sampai salah dalam mengambil sebuah keputusan.

Baca Juga: Gubernur Ganjar Minta Desa Wisata Percantik Diri, Tingkatkan Kunjungan Wisata, Ini Selengkapnya

Dikatakannya, pihaknya merasa bersyukur bahwa seiring melandainya pandemi, sejumlah kegiatan yang mengundang keramaian, seperti Tradisi Takiran bisa kembali dilaksanakan secara normal.

Meski demikian, pihaknya juga berharap warga tetap menjaga kewaspadaan, yakni menerapkan protokol kesehatan sebab pandemi belum berakhir.

Setelah menggelar tradisi Takiran, warga dihibur dengan pementasan seni Kuda Lumping atau Kuda Kepang yang dipusatkan di Lapangan Desa setempat.

Dalam pementasan Kuda Kepang atau Kuda Lumping tersebut juga digelar prosesi Ruwat Bumi.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Tags

Terkini

Terpopuler