Gelar Ritual Adat Tolak Bala, Begini yang Dilakukan Masyarakat Adat Kalitanjung Selengkapnya

- 31 Januari 2022, 23:22 WIB
Masyarakat Adat Kalitanjung memenuhi Pendopo Adat Kejawen Grumbul Kalitanjung Desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo Minggu manis malam Senin Pahing, 30 Januari 2022 melaksanakan upacara sakral "Nulak" (tolak bala).
Masyarakat Adat Kalitanjung memenuhi Pendopo Adat Kejawen Grumbul Kalitanjung Desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo Minggu manis malam Senin Pahing, 30 Januari 2022 melaksanakan upacara sakral "Nulak" (tolak bala). /

BANJARNEGARAKU - Gelar Ritual Adat Tolak Bala, masyarakat adat Kalitanjung berkumpul bersila melaksanakan upacara sakral.

Masyarakat Adat Kalitanjung memenuhi Pendopo Adat Kejawen Grumbul Kalitanjung Desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo Minggu manis malam Senin Pahing, 30 Januari 2022 melaksanakan upacara sakral "Nulak" (tolak bala).

Ritual Adat Tolak Bala dilaksanakan bertepatan dengan tanggal 26 bulan Jumadilakir, pada Minggu sore 30 Januari 2022.

Terlihat para pria berpakaian adat serba hitam dengan menggunakan kain batik dan ikat kepala, mereka berkumpul bersila melaksanakan upacara sakral "Nulak" (tolak bala).

Baca Juga: Yakin akan Membeli Mobil Bekas, Simak Tips Berikut Ini

Acara tersebut merupakan ritual memanjatkan doa kepada yang Maha Kuasa agar Masyarakat Indonesia khususnya warga desa Tambaknegara diberi perlindungan serta dijauhkan dari wabah penyakit (pageblug) oleh Yang Maha Kuasa sang Chalik Penguasa Kehidupan.

Tercium bau asap dupa menghantar pada kekhusuan doa yang mereka panjatkan.

Doa dipimpin oleh Kyai kesepuhan Tarnudi diikuti oleh 23 orang perwakilan Kasepuhan adat kejawen Grumbul Kalitanjung Desa Tambaknegara Kecamatan Rawalo Kabupaten Banyumas.

Setelah selesai memanjatkan doa dilanjutkan dengan acara selamatan bersama dengan menjajikan tumpeng berkat yang dipersiapkan untuk jamuan makan bersama dan dibawa pulang sebagai berkah untuk keluarga.

Penyediaan sarana upacara tersebut diperoleh dari sumbangan masyarakat dan anggota kesepuhan kejawen.

Simbol Gotong royong yang sudah jarang di temukan pada saat ini akan bisa kita lihat masih lekat dipertahankan oleh masyarakat adat Kalitanjung secara turun temurun.

Baca Juga: dr Titik Kusumawinakhyu: Lanjut Usia Harus Tetap Miliki Kualitas Hidup

Ki Muharto Penasehat paguyuban kesepuhan Kejawen Kalitanjung mengatakan bahwa untuk menjadi Kyai dan Nyai Kesepuhan kejawen adat tidaklah mudah.

Karena melalui beberapa proses ritual unggah unggahan dimana calon Kyai dan Nyai Kesepuhan sudah memasuki usia matang diatas 60 tahun dan sudah jauh dari niat dan kehendak duniawi.

Mereka belajar pada kyai Guru dan Kyai Tundagan selama tiga tahun.

"Setelah lulus diadakan ritual udun udunan dimana Nyai dan Kyai tersebut sudah dapat bergabung bersama Kyai kesepuhan lainnya dalam melaksanakan ritual adat kejawen," katanya.

Kyai Muharto menambahkan ada beberapa ritual dalam satu tahun yang dilakukan oleh masyarakat adat setempat yakni Ritual Tutupan Sadran memasuki bulan puasa.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 4 SD Halaman 113, 114, 115, Arti Penting Memahami Keragaman dalam Masyarakat

Bukakan Syawal tanggal 1 Syawal dibarengi dengan acara pagelaran wayang kulit dengan menyertakan sinden harus laki laki, Ritual sedekah bumi dan ruwat bumi pada bulan Sura.

"Selain Ritual Nyengget adalah ritual khusus untuk meminta hujan," pungkas Ki Muharto.

David Okta Nugraha pegiat muda seni budaya 99 Production Banteng Mas Rawalo mengatakan bangsa yang besar adalah bangsa yang memiliki pondasi budaya yang kokoh.

Mempertahankan budaya warisan leluhur yang adiluhur sebagai jati diri bangsa yang dapat diwariskan pada anak cucu.

"Budaya kejawen Kalitanjung adalah bentuk budaya leluhur yang didalamnya tertanam jiwa gotong royong saling menghormati," jelasnya.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta

Sumber: Humas Pemkab Banyumas


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah