Mengangkat Kearifan Lokal, Tradisi Ngupati atau Empat Bulan Usia Kehamilan, Simak Selengkapnya

29 Juni 2022, 21:18 WIB
Mengangkat Kearifan Lokal, Tradisi Ngupati atau Empat Bulan Usia Kehamilan /Teguh/Banjarnegaraku.com

BANJARNEGARAKU.COM - Masyarakat Indonesia memiliki sejumlah tradisi dan adat istiadat, salah satunya di Desa Dermasari, Kecamatan Susukan, Banjarnegara yang memiliki banyak tradisi, salah satunya kearifal lokal ngupati.

Tradisi Ngupati saat ini masih berkembang dan dilaksanakan secara turun temurun, bahkan masih bertahan hingga sekarang.

Tradisi empat bulanan ini menjadi tradisi yang terkenal di Pulau Jawa. Dimana, di Provinsi Jawa Tengah ada kekhasan yaitu saat acara empat bulanan yaitu kupat selamet.

Baca Juga: Dinas Pertanian dan Pangan Kabupaten Kebumen Lakukan Vaksinasi PMK, Salah Satunya di Desa Kemukus, Gombong

Ngupati berasal dari kata bahasa jawa yaitu papat (empat).

Tradisi Ngupati adalah tradisi bagi ibu hamil yang usia kehamilannya menginjak empat bulan.

Ketika usia empat bulan saatnya Allah meniupkan roh kepada si janin. Melalui ngupati semoga diberi roh yang baik.

"Tepat pada hari ini umur kehamilan putri saya, Fany genap berusia empat bulanan, untuk itu kami berniat menggelar acara ngupati," sebagaimana diungkapkan Sodikin, Tokoh Masyarakat Desa Dermasari, Kecamatan Susukan, Banjarnegara pada Hari Rabu, 29 Juni 2022.

Baca Juga: Lima Hal yang Harus Dihindari Panitia Kurban, Salah Satunya Tidak Ambil Keuntungan dari Pembelian Hewan

Menurutnya, tradisi ngupati ini sebagai ungkapan syukur dan diwujudkan dengan berdoa bersama agar Ibu hamil dan janin yang dikandungnya selamat sampai persalinan nanti.

"Agar sang embrio yang ada dalam kandungan Ibu memperoleh berkah dan keselamatan, " ungkapnya.

Ngupati digelar di rumah ibu hamil dengan cara selamatan kenduri yang mengundang bapak-bapak atau ibu-ibu dari tetangga di desanya.

Baca Juga: Wajib Tahu! Nyalakan HP di SPBU, Berbahayakah Ketika Mengisi BBM, Begini Selengkapnya

"Kebetulan kegiatan kaum ibu di lingkungan sini aktif, sehingga sekalian mengundang Ibu-ibu Dasawisma atau TP PKK di Dusun Bodong RT 02 RW 01 Desa Dermasari," katanya.

Proses acara ini dimulai dengan cara pembacaan beberapa surah di dalam Al qur’an.

"Biasanya cukup dibacakan Surah An nur, Surah Taubah, Surah Luqman, Surah Maryam, Surat Yusuf dan Surah Muhammad. Namun, dalam kesempatan ini alhamdulillah sampai khatam 30 jus, dengan cara dibagi membacanya, ada yang satu jus sampai dua jus per orangnya," tambah Suparti, istri Sodikin.

Baca Juga: Aksi Destana Giritana Bersihkan Longsor Gumelem Wetan, Banjarnegara, Begini Selengkapnya

Kegiatan ini dipandu oleh kyai atau tokoh agama pada siang hari atau habis sholat dzuhur.

Sebelumnya, pemilik rumah yang sedang memiliki hajat ngupati telah mempersiapkan makanan matang.

Ada satu makanan khas yang dipastikan tersedia saat tradisi ngupati. Yaitu kupat. Selain kupat, dalam tradisi ngupati juga dilengkapi jajanan pasar.

Baca Juga: Sedulur Papat Limo Pancer, Kakang Kawah Adi Ari-ari, Memahami Makna Asal Usul Manusia, Berikut Selengkapnya

"Banyak macam jajanan pasar, seperti onde-onde, golang galing, apem, clorot, ondol dan tahu serta tempe," terangnya.

Semua makanan baik kupat beserta lauk serta jajajan pasar tersebut dikemas menjadi satu dan diberi nama berkat.

Sementara itu, sebagian masyarakat ada juga yang menyiapkan hidangan yang jauh lebih lengkap dalam tradisi ngupati.

Dimana, dengan sejumlah makanan matang lain diantaranya seperti tumbeng unthup-unthup, nasi putih, tumisan, lalaban, urap, serundeng, tempe goreng, pelas kebo siji (daging sapi, ampela, teri atau ebi), telur rebus, jajanan pasar.

Baca Juga: Hitungan Dasar Hukum Alam Sri, Lungguh, Dunya, Lara, Pati, Begini Selengkapnya

Delapan jenis pala pendhem (suweg, uwi, singkong, irot, ganyong, jonowari atau pothel, ketela, gembili), tiga jenis pisang (pisang raja, pisang longok, pisang ambon, pisang sasi), lepet, kupat, kerupuk, lanting, dan kacang.

Selain siang hari, sebagian masyarakat terkadang juga ada yang dilanjut sore hari maupun malam hari dengan kepungan.

Dimana, tetangga sekitar yang diundang kepungan nanti akan membaca tahlilan bersama dipandu kyai atau tokoh agama setempat dan pulang membawa berkat yang telah disediakan pemilik rumah. ***

Editor: Dimas D. Pradikta

Tags

Terkini

Terpopuler