Muncul tekad terbaik dari anak, kejujuran misalnya, Selain kejujuran, juga ada rasa empati pada lingkungan.
"Anak saum tetapi tidak kuat, jujur menyampaikan pada orang tua bahwa ia sudah tidak kuat puasanya, termasuk melatih untuk menahan emosi" terangnya.
Meyinggung tentang apa yang harus disiapkan oleh orang tua, ditambahkannya bahwa orang tua menjadi role mode, panutan, dan potret bagi si anak.
Jelaskan pada anak, puasa bukan hanya menahan lapar dan haus saja sejak subuh hingga magrib saja.
Latih anak secara bertahap, Jangan ada patokan waktu saat berbuka puasa. Ada yang kuat sampai waktu magrib, ada juga yang kuat hanya beberapa jam saja. Jangan ada pemaksaan dari orang tua.
Orang tua memberikan apresiasi pada anak. Bisa berupa pujian atau hadiah dalam bentuk apapun. Hal ini akan melekat pada anak. Karena yang anak lakukan dihargai oleh orang tua.
Baca Juga: Tes IQ: Uji Kemampuan Visualisasimu, Tebaklah Angka Berapa yang Anda Lihat pada Gambar Ini
Kedua, orang tua memastikan anak dalam kondisi sehat apa tidak.
Boleh dimulai berpuasa, bila sudah siap secara fisik dan mental. "Kondisi gizi baik, mental diberi sedikit ilmu," katanya
Lantas bagaimana cara mengetahui bahwa anak siap untuk melaksanakan puasa apa tidak? Berikut penuturan dr Agus.