Rofiah Akbar : Mendidik Generasi Berkarakter Tangguh, Salah Satunya Ajarkan Self Care

- 28 Agustus 2023, 05:01 WIB
Rofiah Akbar : Mendidik Generasi Berkarakter Tangguh, salah Satunya Ajarkan Self Care
Rofiah Akbar : Mendidik Generasi Berkarakter Tangguh, salah Satunya Ajarkan Self Care /M. Nur Wahid

BANJARNEGARAKU.COM - Mendidik generasi berkarakter tangguh dalam sebuah lembaga pendidikan dibutuhkan sinergi antara orang tua dengan sekolah.

Sinergi ini tentunya dibutuhkan komunikasi yang baik antara sekolah dan orang tua untuk mencapai tujuan mewujudkan genarasi anak-anak yang berkarakter tangguh.

Salah satu bentuk sinergi antara sekolah dan orang tua ini tentunya dibutuhkan cara untuk mewujudkan genarasi tangguh.

Salah satu strategi yang dilakukan MI Muhammadiyah Klopogodo Kecamatan Gombong dengan memfasilitasi orang tua dalam acara parenting.

Parenting ini mengundang Bunda Rofiah Akbar, S. Psi, M. Psi sebagai narasumbernya. "Antusiasme orang tua dalam mengikuti parenting ini dihadiri oleh orang tua siswa dari MI Muhammadiyah Klopogodo", ungkap Mohammad Nur Wahid.

Baca Juga: 'Immun Selfer', Pola Asuh Anak di Era Digital Ala dr. Silvy Febriza Rizkasari

"Untuk mendidik generasi Z yang berkarakter tangguh harus ada sinergi antara orang tua dan sekolah", tambahnya.

Generasi Z diistilah sebagai generasi strowbery dimana digunakan untuk menggambarkan generasi muda yang dianggap rentan, mudah terluka, dan tidak tahan terhadap tekanan atau tantangan kehidupan.

Ketangguhan (resilience) adalah kemampuan untuk beradaptasi dengan baik ketika menghadapi kesulitan.

Baca Juga: Kemah Akbar HW 2023 : Tumbuhkan Jiwa Kemandirian dan Kreativitas

Anak yang tangguh akan mampu bangkit kembali ketika 'dihantam' oleh kesulitan. Ia mau mencoba berusaha lagi meskipun mengalami kegagalan sebelumnya.

"Dimana dasar dari ketangguhan adalah hubungan dengan orang lain, terutama orang tua", kata Rofiah.

"Kelekatan emosional yang baik antara orang tua dan anak (secure attachment) membuat anak merasa aman dan dicintai", tambahnya.

Perasaan aman dan dicintai menumbuhkan kepercayaan diri pada anak untuk mengeksplorasi lingkungan, serta kekuatan untuk pulih setelah mengalami kesulitan.

Baca Juga: Pahami! Rahasia Melewati Shiratal Mustaqim Secepat Kilat, Berikut Penjelasan Gus Baha...

Sementara itu, insecure attachment ialah kebalikan dari secure attachment yang membuat si kecil merasa takut, terintimidasi, dan rendah diri.

Bagaimana menjadikan anak tangguh? Berikut selengkapnya enam cara untuk menjadikan anak tangguh ala Bunda Rofiah Akbar.

Pertama, Beri kesempatan anak mandiri.

Ketangguhan terlatih dari pengalaman anak mengatasi tantangan dengan kemampuannya sendiri.

Setiap kali anak berhasil mengatasinya, ia akan lebih percaya diri menghadapi tantangan berikutnya.

Baca Juga: Artis Bhagya Lakshmi dan Rohit Sucanti ke Kampung Gagot Banjarnegara Khusus Belajar Bikin Ini

Oleh karena itu, orang tua sebaiknya menahan diri untuk tidak terburu-buru membantu anak ketika ia mengalami kesulitan.

Berikan anak kesempatan untuk mencoba dengan kemampuannya sendiri terlebih dahulu, tentunya dengan memperhatikan tahap perkembangannya.

Contoh pada anak usia 7 sampai 10 tahun mencuci perlaratan makan sendiri, menyiapkan peralatan sekolah sendiri, diberikan 1-3 tugas rumah tangga, menyapu lantai, membersihkan kamar, memasak sederhana, menutup aurat, pembiasaan ibadah.

Contoh usia 11-14 tahun mencuci pakaian, menyetrika pakaian, memasak masakan lebih kompleks untuk anggota keluarga lain, supervisi adik.

Kedua, Membuat rutinitas harian.

Memiliki rutinitas harian artinya anak setiap hari secara konsisten memiliki jadwal kegiatan yang sama.

Tidak harus terlalu kaku untuk waktunya, namun pastikan urutan kegiatannya konsisten.

Misalnya, bangun tidur – membereskan tempat tidur – mandi – sarapan – bermain atau bersekolah. Rutinitas harian yang konsisten membuat anak nyaman dan aman.

Ketiga, Memberi dukungan emosional saat anak hadapi kesulitan.

Rasa kecewa, sedih ataupun marah adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.

Orang tua dapat menunjukkan rasa empati saat anak merasakan hal yang tidak nyaman.

Sebagai contoh, anak merasa kecewa karena temannya tidak mau bermain dengannya. Orang tua dapat mendengarkan keluhan anak dan menunjukkan empati pada apa yang dirasakan anak. 

Keempat, Melatih problem solving.

Orang tua dapat membimbing anak untuk memikirkan apa yang sebaiknya dilakukan dalam menghadapi suatu masalah.

Sebagai contoh, anak tidak diajak bermain oleh teman dan merasa kecewa. Setelah menunjukkan respon empati terhadap perasaannya, orang tua dapat mengajukan pertanyaan “Temanmu tidak mau bermain, tetapi kamu mau bermain. Apa yang bisa kamu lakukan ya supaya bisa tetap bermain?”.

Dengan demikian, orang tua memberikan kesempatan pada anak untuk memikirkan bagaimana memenuhi kebutuhannya untuk bermain.

Setelah anak mengemukakan jawabannya, orang tua dapat memberikan saran. Misalnya, anak dapat bermain bersama orang tua di rumah atau mencari teman lain yang mau bermain dengannya.

Kelima, Apresiasi usaha bukan hasil.

Memberikan apresiasi/pujian yang spesifik atas usaha yang dilakukan anak dapat menumbuhkan growth mindset.

Growth mindset adalah pola pikir yang melihat bahwa kemampuan merupakan sesuatu yang bisa dikembangkan melalui usaha yang dilakukan.

Anak dengan growth mindset akan melihat masalah sebagai kesempatan untuk belajar hal baru dan tidak mudah putus asa ketika menghadapi kegagalan.

Contoh memuji usaha anak antara lain, “Wah, Ibu lihat kamu tekun mewarnai gambar ini”, “Ayah lihat kamu mau mencoba lagi setelah tadi gagal, itu bagus”.

Keenam, Ajarkan Self-Care.

Orangtua dapat mengajarkan pentingnya merawat diri (self care) yakni dengan memenuhi kebutuhan dasar sebagai manusia.

Contohnya, makan teratur dan makan makanan bergizi, berolah raga, dan tidur yang cukup.

Orang tua juga perlu memastikan bahwa anak memiliki waktu bersenang-senang seperti bermain atau menjalankan aktivitas yang mereka sukai.

Memperhatikan kebutuhan dasar dan memiliki waktu untuk bersenang-senang membantu anak untuk bisa menghadapi masa-masa sulit dengan lebih baik.

Anak mengembangkan kemampuannya untuk menjadi pribadi tangguh sepanjang waktu.

Oleh karena itu, orang tua perlu bersabar dalam mendampingi anak ketika menghadapi masalah.

Demikian artikel ini tentang bagaimana cara menjadikan anak tangguh. Semoga dapat menambah wawasan kita dalam mendidik anak.***

Editor: Dimas D. Pradikta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah