BANJARNEGARAKU.COM - Kolak, sejenis makanan penutup khas Indonesia, telah melintasi generasi dan budaya dengan manisnya yang tak terlupakan. Namun, tahukah Anda bahwa dibalik kelezatannya tersimpan filosofi yang mendalam dari bahasa Arab, serta cerita yang mengandung nilai-nilai keagamaan dan moral?
Meskipun kolak memiliki akar dalam budaya Indonesia, tidak sedikit orang yang salah mengira bahwa makanan ini berasal dari Timur Tengah. Penyebabnya bukan karena asal usulnya, tetapi karena rasa manis yang khas.
Awal mula penyebaran kolak dapat ditelusuri kembali sebagai salah satu media penyebaran agama Islam, terutama di wilayah Pulau Jawa. Nama "kolak" diambil dari bahasa Arab Khalaqa dan Khaliq yang berarti Maha Pencipta. Makanan ini menjadi salah satu cara untuk menyebarkan ajaran agama, dengan harapan membangun rasa syukur kepada Sang Pencipta.
Baca Juga: Jadwal Imsakiyah Ramadhan Kabupaten Purbalingga dan Sekitarnya, Senin 18 Maret 2024
Filosofi Dalam Setiap Gigitan
Sekilas, kolak mungkin terlihat seperti sekedar campuran buah-buahan dan santan yang lezat. Namun, di balik setiap bahan dan proses pembuatannya, terdapat filosofi yang jarang diketahui.
Pertama-tama, perhatikan pisang yang menjadi salah satu bahan utama kolak yaitu pisang kepok. Pisang kepok dalam kolak memiliki makna mendalam yang mencerminkan perasaan penyesalan atas dosa-dosa yang telah dilakukan. Ketika seseorang menikmati kolak dengan pisang di dalamnya, ia diharapkan memikirkan kesalahannya dan merasa jera tidak kembali lagi di masa depan.
Selanjutnya, ubi (tela pendhem) yang menjadi salah satu komponen kolak juga memiliki makna yang penting. Ubi menggambarkan simbolisme tentang penguburan kesalahan yang telah dilakukan di masa lalu.
Penggunaan santen dalam kolak mempunyai makna pangapunten (mohon maaf) dimana kita mengharapkan pengampunan Sang Pencipta atas dosa-dosa yang telah dilakukan.