Fenomena 'Perang Takjil' Lintas Agama Jalin Toleransi dalam Keseruan Ramadhan 2024, Ini Pesan MUI

- 22 Maret 2024, 21:09 WIB
Ilustrasi -
Ilustrasi - /engin akyurt/Freepik/enginakyurt

BANJARNEGARAKU.COM - Bulan Ramadan tahun 2024 muncul fenomena 'takjil war' atau perang takjil dimana terdapat persaingan antara umat Islam dengan non-Islam dalam berebut membeli takjil. Fenomena persaingan ini ramai dibicarakan di media sosial yang menambah keseruan toleransi antarumat beragama di bulan Ramadan 2024.

Fenomena ini muncul ketika 'umat Islam' curhat di media sosial bahwa mereka sering kehabisan takjil karena sudah diborong oleh 'umat non-Islam' yang datang lebih awal untuk berburu takjil.

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) bidang Dakwah dan Ukhuwah K.H. Cholil Nafis menawarkan sebuah refleksi yang dalam mengenai sikap kita terhadap konsumsi makanan selama bulan suci ini.

Baca Juga: THR 2024: Ternyata Begini Cara Menghitung Besarannya

"Takjil War," seperti yang dijelaskan oleh K.H. Cholil Nafis, adalah saat di mana kita berlomba-lomba untuk membeli hidangan berbuka puasa. Namun, dalam keceriaan dan semangat berbagi ini, penting untuk tidak terjebak dalam perilaku berlebihan yang dilarang dalam Islam. Persiapan berbuka puasa, bagaimanapun, tidak boleh menjadi sebuah proses yang berlebihan.

Dalam Islam, larangan terhadap perilaku mubazir atau berlebih-lebihan sangatlah jelas. Al-Quran menegaskan agar kita tidak menghambur-hamburkan harta secara boros (QS Al-Isra' : 26). Mubazir, membuang-buang, atau israf (berlebihan) adalah praktek-praktek yang harus dihindari, terutama saat menjalani bulan Ramadhan.

Berbuka puasa tanpa berlebihan adalah tanda dari seseorang yang mencapai tingkat kepuasan spiritual yang tinggi. Orang yang benar-benar menjalankan puasanya dengan baik mungkin bahkan merasa sedih saat berbuka, karena khawatir puasanya tidak diterima oleh Allah SWT. Dengan demikian, ia tidak akan berlebihan dalam menyantap makanan saat berbuka, hanya mengonsumsi apa yang cukup untuk membatalkan puasa.

Baca Juga: Aktor Hollywood Kagum dengan Al-Quran hingga Khatam 30 Juz, Ini Dia Kisahnya

Teladan ini juga tergambar dari contoh Nabi Muhammad SAW sendiri, yang biasanya membatalkan puasanya hanya dengan kurma, sesuai dengan hadits yang diriwayatkan Anas bin Malik. Ini menunjukkan bahwa berbuka tanpa berlebihan adalah sesuatu yang sangat dianjurkan dalam agama Islam.

Halaman:

Editor: Afif Fatkhurahman

Sumber: Antara


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x