BANJARNEGARAKU.COM - Saat ini kemajuan teknologi semakin canggih, dan hal ini diungkapkan Kementerian Agama bahwa metode hisab dan rukyat di Indonesia telah berkembang karena menggunakan berbagai teknologi dan peralatan modern.
Dengan peralatan yang mendukung dan semakin canggih, hal ini bertujuan agar penentuan posisi hilal bisa lebih akurat.
Hal ini disampaikan Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Ismail Fahmawati mengungkapkan "kaum sarungan" tidak lagi memanfaatkan alat-alat sederhana berupa pengamatan langsung dengan mata telanjang, bambu, atau paralon. Saat ini pengamatan telah dilakukan menggunakan teleskop.
Pihaknya mencontohkan, hingga kini berbagai madrasah dan pesantren juga telah menggunakan teleskop untuk melihat benda-benda langit.
"Ulama sudah turun dan 'kaum sarungan' pakai teleskop. Perkembangan hisab dan rukyat di Indonesia sangat maju sekali dan mudah-mudahan ini bisa menandingi negara-negara lain," katanya dalam diskusi bertajuk "Kriteria Baru MABIMS Dalam Penentuan Awal Ramadhan" di Jakarta, seperti dikutip banjarnegaraku.com dari PikiranRakyat-Depok.com, Jumat, 8 Maret 2024.
Agar penentuan hilal awal Ramadhan semakin cepat terdeteksi, Kementerian Agama menggandeng Observatorium Bosscha, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam kegiatan hisab serta rukyat di Indonesia.
Dijelaskan Ismail Fahmawati, bahwa Kementerian Agama bersama Observatorium Bosscha sudah beberapa kali mengamati Bulan saat siang hari. Kegiatan tersebut bukan untuk membuat keputusan, melainkan sebagai panduan dalam menentukan awal bulan.