BANJARNEGARAKU - Selama masa pandemi Covid-19 yang masih berlangsung dan dirasakan oleh masyarakat, berdampak pada seluruh sendi kehidupan dan tak terkecuali sektor perekonomian yang menjadi lesu.
Kondisi tersebut diperparah oleh mahalnya harga minyak goreng yang dipicu kelangkaan dan jarang serta susah ditemukan di pasar atau swalayan.
Tetan Abdul Karim salah seorang pengusaha kerupuk mengatakan kondisi pandemic yang tidak kunjung selesai dan diperparah oleh mahalnya harga minyak goreng membuat dagangan sepi pembeli.
Baca Juga: Kunci Jawaban PJOK Kelas 3 SD MI Bab 5 Aktivitas Senam Lantai Halaman 91
“Sekarang jadi lumayan sepi, omset turun sangat jauh bisa sampai lima puluh persen, yang biasanya dua ton bahan baku bisa habis dua minggu, ini bisa dua bulanan baru habis,” kata ujar Teten.
Lebih jauh di menjelaskan, kondisi saat ini sangat dirasakan betul terhadap usahanya.
Bahkan pada puncak pendemi Covid-19 kemarin, dia sampai harus menutup usahanya dan karyawannya sempat diliburkan karena tidak dapat memasarkan kerupuk produksinya.
Untuk menekan biasa produksi karena kelangkaan dan mahalnya harga minyak, Teten terpaksa memperkecil ukuran kerupuk dengan harapan dapat terus bertahan dan diterima oleh pelanggan.
Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 3 SD Tema 7 Halaman 29 30 dan 31 Amati Gambar Pakaian Khas Daerah di Indonesia
Teten yang merupakan putra asli Tasikmalaya telah menggeluti dunia usaha kerupuk hampir selama 20 tahun.
Usaha kerupuk miliknya yang berlokasi di RT 3 RW 1 Kelurahan Sokanandi, Kecamatan Banjarnegara dikenal oleh masyarakat sekitar dan menjajakan hasil kerupuk sampai wilayah Wonosobo dan Purbalingga.
“Kami berharap berharap pandemi Covid-19 segera berakhir dan harga minyak goreng kembali stabil sehingga kondisi perekonomian segera pulih dan kerupuk kami bisa laku” imbuh Teten *