Kesulitan Menjemur Padi di Musim Penghujan, P4S Artha Tani Gandeng Menir Agung Serap Gabah Kering

24 Maret 2022, 17:34 WIB
Proses mengeringkan padi/PortalBrebes.Com/Marsis Santoso /

 

BANJARNEGARAKU – Memasuki panen raya padi, curah hujan masih relatif tinggi, sehingga petani kesulitan untuk menjemur gabah.

Tingginya curah hujan menyebabkan kualitas gabah menjadi turun, karena tingginya kadar air. Kondisi ini akan berimbas pada harga jual gabah.

Menyikapi hal tersebut, Pusat Pelatihan Pertanian dan Perdesaan Swadaya (P4S) Artha Tani Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Banjarnegara dan Gabungan Kelompok Tani (Gapoktan) Taruna Tani Desa Susukan menjalin kemitraan dengan UD Menir Agung.

Baca Juga: Cara Dapatkan Set Top Box Gratis dari Kominfo Cuman Modal KTP, Simak Ulasan Berikut Ini

UD Menir Agung merupsksn distributor yang bergerak di bidang usaha perdagangan padi dan beras di Banjarnegara dalam penanganan pasca panen pada saat musim penghujan.

Ketua P4S Artha Tani Susukan Sunarko SP mengatakan, bagi petani kecil di wilayah Kecamatan Susukan, Banjarnegara, pasca panen saat musim penghujan menjadi permasalahan tersendiri, terutama dalam pengeringan.

Pihaknya yang terlahir dari keluarga petani, menambahkan, pihaknya mengetahui persis apa yang menjadi persoalan di tataran tingkat petani.

Baca Juga: Markas PMI Digerudug Puluhan Anak Dari MIN 3 Kebumen, Begini Selengkapnya

Untuk itu, melalui kelembagaan tani Gapoktan dan pusat pelatihan pertanian dan perdesaan swadaya yang dibinanya menjadi wadah untuk mencari solusi permasalahan tersebut.

Sunarko menambahkan, pihaknya menjalin kemitraan dengan sejumlah pihak. Diantaranya distributor yang ada di Kabupaten Banjarnegara dan para pemilik usaha perdagangan padi dan beras di wilayah Susukan.

"Sebelumnya, kami telah mengumpulkan para pemilik usaha perdagangan padi atau beras yang siap bermitra dengan pihak distributor," tambahnya.

Baca Juga: Kapan Libur Sekolah Awal Puasa Ramadhan 2022? Berikut Isi Kalender Pendidikan Kemendikbud Ristek Selengkapnya

Lebih jauh dikatakannya, adanya kemitraan ini sebagai solusi untuk memutus rantai pemasaran dimana hasil panen dari petani langsung ke distributor.

Diakuinya, kelemahan petani adalah tidak bisa memiliki nilai tawar saat menjual padi atau gabah ke para tengkulak dimana harga telah ditentukan mengikuti harga pasaran pada saat itu.

"Petani tidak harus menjual kepada pedagang A atau B tetapi langsung ke distributor, " tegasnya.

Terkait harga pembelian Gabah Kering Panen (GKP) ke petani, pihaknya siap membeli dengan harga Rp. 4.400 per kilogram.

"Ada selisih harga yang lumayan, saat ini petani hanya mampu menjual pada harga kisaran Rp4.000 sampai Rp4.100 per kilogram kepada para tengkulak," urainya

Untuk pembelian Gabah Kering Panen (GKP) di tingkat Desa Susukan melalui wadah Gapoktan Taruna Tani, sedangkan P4S Artha Tani untuk melayani wilayah yang lebih luas, di Kecamatan Susukan dan desa-desa wilayah lainnya di Banjarnegara.

Pihaknya berharap adanya pola kemitraan Gapoktan dan P4S Artha Tani dapat membantu petani dalam penanganan pasca panen saat musim hujan.

Kerepotan yang dialami petani saat pengeringan di musim penghujan adalah harus berpacu dengan waktu bila cuaca tidak menentu.

"Petani tidak perlu menjemur, tenaga yang dikeluarkan selama proses pengeringan dapat digunakan untuk kegiatan lainnya, apalagi butuh waktu yang lama, tiga sampai empat hari," katanya.

Para petani masih menggunakan cara tradisional dalam pengeringan hasil panen. Yakni mengandalkan terpal untuk menjemur hasil panen di pematang sawah, halaman rumah atau pinggir jalan.

Meskipun Gapoktan Taruna Tani Susukan sudah memiliki lantai jemur namun belum sebanding dengan kebutuhan petani. Sehingga petani harus antri menunggu giliran saat penjemuran.

Oven merupakan peralatan modern yang bisa dimanfaatkan untuk membantu proses pengeringan. Namun, petani belum mampu memiliki karena harga yang cukup mahal.

Kondisi cuaca yang tidak menentu juga akan berpengaruh selama proses pengeringan. Kualitas Gabah Kering Panen (GKP) menjadi tidak baik karena kadar air yang masih tinggi.

"Bila kondisi hasil pengeringan tidak baik akan berpengaruh juga pada nilai jualnya, " terangnya

Sementara itu, Udin, pedagang beras Desa Susukan menyatakan petani umumnya memiliki kebiasaan menyimpan padi setelah panen. "Ora ilok katanya, setelah panen dan dijemur lalu disimpan di rumah beberapa saat, " terangnya.

Udin menambahkan pengeringan dari Gabah Kering Panen (GKP) menjadi Gabah Kering Giling (GKG) membutuhkan proses dan biaya yang cukup lumayan.

"Ongkos penjemuran dengan sistem borongan, kisaran seratus ribu rupiah per ton," katanya.

Andri Pratiwingrum, salah seorang petani Desa Susukan menyatakan dirinya telah menjual Gabah Kering Panen (GKG) melalui Gapoktan Taruna Tani. Hal ini cukup membantu, apalagi dirinya mengalami kesulitan proses pengeringan pada saat musim penghujan.

Sementara itu, Jumadi, Penyuluh Pertanian Lapangan Wilayah Binaan Desa Dermasari BPP Susukan mengakui bahwa ada kemitraan yang dilakukan Gapoktan dan P4S Artha Tani Desa Susukan.

"Ada MOU antara UD Menir Agung Banjarnegara yang siap menyerap Gabah Kering Panen petani, yang penting masuk kriteria, " terangnya.***

Editor: Nugroho P

Tags

Terkini

Terpopuler