Luka Longsor Jemblung Banjarnegara Masih Menganga

11 Oktober 2023, 08:49 WIB
Luka Longsor Jemblung di Bukit Telagalele, Sampang, kecamatan Karangkobar, kabupaten Banjarnegara /Brave

BANJARNEGARAKU.COM - Tak terasa sudah hampir 9 tahun longsor dusun Jemblung, desa Sampang, kecamatan Karangkobar, kabupaten Banjarnegara. Sebuah bencana tanah longsor yang menjadi berita nasional karena mengubur ratusan orang dalam lumpur. Korban yang ditemukan tewas 76 orang. 

Kejadian itu diawali dengan longsornya tebing Gunung Telagalele (bukit). Pada 12 Desember 2014 sore. Tebing yang berada sisi utara Jemblung itu runtuh, longsoran tanahnya bergerak ke arah barat laut mengikuti lekukan sungai kecil. Gerakan itu menyapu dan meruntuhkan rumah, pepohonan, dan menenggelamkan manusia yang ada dengan cepat. Tanah tersebut bahkan mengenai rumah-rumah di seberang sisi selatan jalan. 

Baca Juga: Adakah Pengganti Kopi Untuk Melawan Ngantuk, Ini Penjelasan Dr Zaidul Akbar

Media mencatat kejadian yang hanya 5 menit itu menenggelamkan 108 rumah ke dalam lumpur. Pecahan bukit Telagalele masih nampak hingga 9 tahun kemudian. Hingga sekarang luka di tebing bukit Telagalele akibat longsoran itu masih terlihat. Tidak ada rerumputan yang tumbuh di sana. Seakan hal ini mengingatkan kepada manusia supaya bisa bijak berhadapan dengan alam. Penanda ini bisa disaksikan dari jalan raya saat melalui daerah Jemblung. 

Luka longsor Jemblung yang tertanda di bukit Telagalele khususnya memberi peringatan pada penduduk Jemblung. Sebuah peringatan bahwa longsor bisa terjadi sewaktu-waktu. Waktunya cepat dan tak terduga. Akibat longsoran pun fatal, bukan hanya kebun, rumah dan harta benda. Nyawa pun bisa hilang dalam sekejap. 

Namun peringatan jelas dari luka longsor itu sepertinya kurang diperhatikan beberapa orang. Pemerintah sudah melakukan pelarangan untuk berkebun dan mendirikan bangunan di sana. Kawasan sisi selatan jalan dijadikan lahan konservasi dengan penanaman beragam pohon dari instansi dan relawan. 

Baca Juga: 5 Fakta Unik Banjarnegara, Dialek Ngapak Khas mBanjar hingga Rambut Gimbal

Di sisi utara jalan terdapat satu dua bangunan sudah mulai berdiri. Bangunan pertama yang pernah berdiri diruntuhkan dan meninggalkan pondasi dan sebuah tiang untuk meteran PLN. Namun saat ini sudah kembali menjadi bangunan bertembok bata satu lantai. Di sisi agak barat sebuah bangunan kayu juga berdiri agak menjorok ke dalam dari jalan raya. 

 

Pemerintah Kabupaten Banjarnegara melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) memancangkan papan peringatan besar. Papan peringatan itu ada di pinggir jalan di daerah Jemblung, cukup mudah terlihat dan terbaca bahkan saat sedang berkendara. "Aman tur waras slamet. Aja mbangun umah utawa dodolan nang kawasan konservasi bekas terdampak bencana (Aman dan sehat selamat. Dilarang mendirikan rumah atau berjualan di kawasan konservasi bekas terdampak bencana)," begitu tulisan di papan peringatan. 

Papan larangan membangun di lahan konservasi Jemblung Banjarnegara Brave

Di bagian bawah terdapat tautan layanan untuk informasi tata ruang (simtaru), yaitu www.simtaru.banjarnegarakab.go.id. Saat dicek ke tautan ternyata kurang informatif. Bagian 'berita' sepertinya kena retas dan berisi gambar wanita. Simtaru juga sepertinya tidak pernah diperbaharui dan dirawat sejak 2017. Seharusnya informasi publik terus diperbaharui, sama seperti kepedulian PUPR untuk merawat dan menjaga tata ruang di Banjarnegara. 

Baca Juga: Duka Mendalam Isyana Sarasvati Keguguran, Bebinyo Terima Kasih Sudah Mau Berjuang Bersama...

Luka menganga dan peringatan pemerintah juga sebaiknya diperhatikan masyarakat setempat. Bukankah kehilangan sanak saudara dan tetangga masih membekas dalam ingatan? Bahkan luka longsor di tebing pun belum ditumbuhi tanaman, rumput sekali pun. 

Berkaitan dengan fenomena El Nino, musim hujan yang normalnya dimulai pada bulan September, menurut BMKG baru akan mulai pada November 2023 nanti. Meskipun untuk daerah Jemblung sudah terjadi hujan ringan beberapa kali pada bulan Oktober ini. Tanah longsor tidak bisa terlepas dengan musim penghujan. 

Masyarakat Jemblung terutama yang berkebun dan apalagi membuat bangunan di lahan konservasi alangkah baik sadar dan memperhatikan peringatan. Sehingga kehilangan harta benda bahkan korban jiwa seperti yang terjadi 9 tahun lalu tidak terulang kembali. ***

Editor: Ali A

Tags

Terkini

Terpopuler