"Tari ini mengekspresikan warga Sigaluh dalam menghadapi pandemi dan harapan yang tetap tumbuh. Tarian ini berisi sangkan paraning dumadi, kesaksian kepada Sang Pencipta dan kepasrahan pulang kepada Sang Pencipta," jelas Mulyani.
Yayasan Tlasih 87 adalah sebuah yayasan yang bergerak dalam bidang kebudayaan. Sedangkan kegiatan bedah tari ini merupakan bagian dari program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan yang didanai sepenuhnya oleh Balai Pelestarian Kebudayaan (BPK) Wilayah X Jateng-DIY, di bawah naungan Kemendikbud Ristek.
Ketua Yayasan Tlasih 87 Pujiono menyatakan bahwa Bedah Tari Sigramulya adalah bentuk membangun dan memajukan kebudayaan di Banjarnegara.
"Kita punya karya kekinian yang adiluhung, sehingga harapannya mampu membangun kepribadian masyarakat, memperkuat Jawa Tengah sebagai pusat kebudayaan Jawa, yang pada akhirnya menumbuhkan rasa cinta tanah air Indonesia," ungkap Pujiono.
Camat Sigaluh Izak Daniel Aloysius yang hadir sebagai pembicara kunci mengungkapkan komitmennya untuk memajukan kebudayaan.
"Pengembangan kebudayaan adalah amanah undang-undang. Dzolim kalau kita tidak menunaikannya. Apa lagi Sigaluh penuh potensi budaya. Kami tentu mendukung dan mendorong kegiatan kebudayaan yang ada di daerah ini," ujar Izak.
Pandemi sekalipun mendatangkan nestapa bagi banyak pihak, namun memberi inspirasi juga bagi seniman untuk berkarya. Paling tidak itulah yang dilakukan oleh Mulyani beserta sanggar tarinya, yang mencipta tari Sigramulya sebagai ekspresi pasca pandemi. Mulyani bersama sanggar tarinya mengajak umat manusia untuk kembali bangkit dan menuju manusia yang mulia. ***