Penyediaan sarana upacara tersebut diperoleh dari sumbangan masyarakat dan anggota kesepuhan kejawen.
Simbol Gotong royong yang sudah jarang di temukan pada saat ini akan bisa kita lihat masih lekat dipertahankan oleh masyarakat adat Kalitanjung secara turun temurun.
Baca Juga: dr Titik Kusumawinakhyu: Lanjut Usia Harus Tetap Miliki Kualitas Hidup
Ki Muharto Penasehat paguyuban kesepuhan Kejawen Kalitanjung mengatakan bahwa untuk menjadi Kyai dan Nyai Kesepuhan kejawen adat tidaklah mudah.
Karena melalui beberapa proses ritual unggah unggahan dimana calon Kyai dan Nyai Kesepuhan sudah memasuki usia matang diatas 60 tahun dan sudah jauh dari niat dan kehendak duniawi.
Mereka belajar pada kyai Guru dan Kyai Tundagan selama tiga tahun.
"Setelah lulus diadakan ritual udun udunan dimana Nyai dan Kyai tersebut sudah dapat bergabung bersama Kyai kesepuhan lainnya dalam melaksanakan ritual adat kejawen," katanya.
Kyai Muharto menambahkan ada beberapa ritual dalam satu tahun yang dilakukan oleh masyarakat adat setempat yakni Ritual Tutupan Sadran memasuki bulan puasa.
Bukakan Syawal tanggal 1 Syawal dibarengi dengan acara pagelaran wayang kulit dengan menyertakan sinden harus laki laki, Ritual sedekah bumi dan ruwat bumi pada bulan Sura.