Senjakala Prestasi Atlet Banyumas Berujung pada Pengunduran Diri Anggota KONI dan Panggilan dari Satreskrim

- 9 September 2023, 21:11 WIB
Masyarakat Banyumas Peduli Olahraga
Masyarakat Banyumas Peduli Olahraga /Brave/Timbul /Instagram

BANJARNEGARAKU.COM - Berbanding terbalik dengan prestasi atlet Banjarnegara, Banyumas mengalami kemerosotan pada 3 porprov terakhir. Dunia olahraga kabupaten Banyumas mengalami senjakala prestasi. Hal ini menjadi perhatian khusus bagi Masyarakat Banyumas Peduli Olahraga. 

Beberapa anggota KONI menyimpulkan diri sebagai bentuk tanggung jawab atas kemerosotan prestasi para atlet ini. Dengan anggaran yang besar, Sekretaris Masyarakat Banyumas Peduli Olahraga, Timbul Andi Wibowo menyayangkan jika prestasi Banyumas merosot terus pada 3 gelaran porprov terakhir. 

Baca Juga: Banjarnegara Punya UMR Terendah tetapi dengan Semangat Gembrabad Prestasi Olahraga Membanggakan

Salah satu media di Banyumas bahkan berani menyebutkan adanya panggilan dari Satreskrim kepada pengurus KONI. Pemanggilan ini berkaitan untuk meminta keterangan tentang penggunaan dana APBD dan pertanggungjawabannya. Hal ini sempat dikonfirmasi Timbul saat dihubungi Banjarnegaraku.com, bahwa dia juga mendengar hal itu. 

Pada wawancara dengan RRI Purwokerto, Timbul juga mengemukakan bahwa persoalan senjakala prestasi atlet Banyumas bukan hanya karena anggaran. Timbul mengukur kinerja KONI berdasarkan evaluasi perolehan medali di porprov Jawa Tengah. 

“2013 Banyumas ada di posisi 3 besar, 2018 Banyumas merosot di peringkat ke 5. Pada 2023 lebih parah lagi turun di peringkat ke 8,” beberapa Timbul yang sangat prihatin. 

Baca Juga: 6 Atlet Banjarnegara Lolos ke PON XXI Aceh Sumut 2024, 6 Lagi Masih Ikut PraPON

Senjakala prestasi ini sangat mengejutkan bahkan tidak disangka bisa mengalahkan kabupaten Banyumas. Lalu dia mencontohkan kabupaten Banjarnegara. 

"Salah satu contoh kabupaten Banjarnegara. Banjarnegara ada di peringkat 9 hanya terpaut di peraknya saja. Mereka memberangkatkan lebih sedikit tim resmi dan atletnya. Bahkan anggarannya, tapi hasilnya (cukup baik)," begitu Timbul membandingkannya. 

Sebagai catatan anggaran olahraga kabupaten Banjarnegara adalah Rp 2,2 miliar sedangkan di kabupaten Banyumas adalah Rp 5 miliar lebih itu belum termasuk anggaran untuk tali asih Rp 2,5 miliar. Bahkan pada tahun 2018, KONI Banyumas mendapat alokasi Rp 28,5 miliar. Meskipun turun, angka itu masih besar. 

Dengan anggaran yang begitu besar, Timbul sebagai wakil masyarakat yang peduli olahraga mengundang pengurus KONI Banyumas untuk duduk bersama membahas mengenai manajemen dan penempatan anggaran. 

"Ayo kita duduk bareng, buka semua, transparansinya ada. Kalau memang persoalannya di anggaran, sebelah mana?" begitu Timbul menantang. 

Lebih rinci Timbul menjelaskan arah larinya anggaran untuk cabor yang ada. Apakah anggaran tersebut untuk meningkatkan prestasi? Atau akibat tidak terdistribusi dengan baik menyebabkan penurunan prestasi. Anggaran adalah masalah kepercayaan karena berasal dari APBD. Menurut Timbul, masyarakat Banyumas berhak dan berhak mengetahui setiap dana yang digunakan untuk membiayai jenis apa. 

Pembelaan KONI Banyumas

Sementara itu KONI Banyumas sedang melayangkan protes kepada KONI Jateng karena disinyalir ada 11 atlet Banyumas yang pindah dan membela daerah lain. Atlet Banyumas yang dibajak berasal dari 7 cabang olahraga dan membela 6 Kabupaten lain. KONI Banyumas melaporkan masalah ini ke TPMA KONI Jawa Tengah. Perpindahan para atlet untuk memperkuat daerah lain ini tanpa mekanisme yang jelas.

Daftar atlet yang menurut KONI Banyumas dibajak adalah sebagai berikut. 

  • Cabor Taekwondo ada 3 atlet Banyumas yang membela Purbalingga dan Banjarnegara
  • Cabor tenis meja 1 atlet memperkuat Banjarnegara 
  • Cabor Atletik 1 orang bergabung ke Kudus
  • Cabor Aeromodeling 1 orang bergabung ke tim Blora
  • Cabor Sepatu roda 3 orang hengkang ke Semarang dan Banjarnegara
  • Cabor Balap Sepeda 1 orang pindah ke Grobogan
  • Cabor Wushu 1 atletnya lebih memilih ke Banjarnegara

Menyanggapi hal ini Ketua KONI Banjarnegara hanya menanggapi singkat saja. 

“Ora dirumat yo pindah (Jika tidak dirawat ya akan pindah),” ujar Nurohman Ahong singkat menanggapi

Sementara Timbul sendiri hampir senada merasa skeptis dengan KONI dan cara 'merawat' atletnya. Bahkan Timbul menyebut bahwa protes ke KONI Jateng adalah penutupannya sendiri. Pindahnya atlet ada mekanismenya. Lagipula ada sistem gaji bagi atlet Banyumas yang tidak ada di daerah lain. 

“Kalau digaji sekian besar setiap bulan, masa atlet akan pindah? Ya kecuali ada sebab lain,” ujar Timbul. 

Timbul mendorong pemerintah Banyumas (Dinas Pemuda dan Olahraga) untuk mengadakan evaluasi dan audit internal terhadap kinerja KONI Banyumas. Jika perlu kejaksaan dan kepolisian mengadakan penyelidikan secara eksternal. Timbul minta semua dibuka semua, alasan senjakala prestasi atlet Banyumas ini. 

Pada puncaknya, sebagai pertanggungjawaban terhadap kemerosotan perolehan medali ini, Masyarakat Banyumas Peduli Olahraga mendesak Ketua KONI Banyumas untuk mundur. Jangan sampai nanti porprov berikut semakin parah lagi hasilnya. ***

 

 

Editor: Ali A

Sumber: RRI Narasumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah