Tingkatkan Produksi Padi sampai 26 Persen, Teknologi Jarwo Riting Plus ala Petani Sunarko Jadi Percontohan

19 Maret 2022, 22:18 WIB
Teknologi Jarwo Riting Plus ala Petani Sunarko Jadi Percontohan, Tingkatkan Produksi Padi sampai 26 Persen /

BANJARNEGARAKU - Produktivitas tanaman padi di Banjarnegara khususnya di Kecamatan Susukan tergolong rendah. Yakni berkisar 6 ton sampai 7 ton per Hektar gabah kering panen. Padahal standar minimal 8 ton per hektar.

Rendahnya produktivitas padi ini secara umum disebabkan oleh serangan hama atau penyakit padi terutama tikus, keong, orong-orong, wereng pada fase vegetatif dan fase generatif yang tinggi.

Selain serangan hama, menurut Sunarko, petani Desa Susukan, Kecamatan Susukan, Banjarnegara kepada banjarnegaraku.com pada Sabtu, 19 Maret 2022 saat ditemui di Gudang Gapotan Taruna Tani Desa Susukan, menyatakan penerapan Teknologi budidaya yang belum maksimal atau konvensional.

Baca Juga: Tata Cara Mandi Wajib Setelah Haid, Berikut Penjelasannya

"Petani bila diarahkan ke Teknologi maju, cukup susah dan butuh ketelatenan. Istilah kami Turki (nutur kaki) dimana ilmu bertani diperoleh turun temurun sebagaimana diajarkan petani generasi sebelumnya," ujar pria yang pernah mengenyam pendidikan S1 Pertanian Universitas Muhammadiyah Purwokerto ini.

Melihat kondisi tersebut, pihaknya berupaya mengembangkan Teknologi yang sederhana, tidak membutuhkan keahlian khusus untuk mengembangkan namun semua petani bisa menerapkannya.

Baca Juga: Resep Churros, Cemilan Enak yang Hits Banget, Cocok untuk Menu Berbuka Puasa

Akhirnya terciptalah sebuah konsep Teknologi pertanian yang diberi nama Jarwo Riting Plus, kepanjangan dari Jajar Legowo (Jarwo), Parit Keliling (Riting) dan Plus (Ada tanaman revugia).

Sebenarnya tambah satu lagi plusnya, yaitu ikan sehingga metode Teknologi Jarwo Riting Plus Plus.

Namun, saat ini baru sebatas Jarwo Riting Plus dalam perhitungan analisa usahanya.

Penerapan Teknologi Jarwo Riting Plus telah dimulai lama, namun lebih diseriusi pada tahun 2017 hingga sekarang.

Baca Juga: Ramadhan Hampir Tiba, Berikut Amalan yang Bisa Dilakukan di Bulan yang Penuh Berkah

Penerapan metode Teknologi Jarwo Riting Plus ala petani Sunarko ini sering mendapatkan juara saat perlombaan bidang pertanian, sehingga Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara pun tertarik untuk menjadikan Teknologi Jarwo Riting Plus menjadi program percontohan di Kabupaten Banjarnegara.

"Meski sudah lama, pada tahun 2021 baru dilirik oleh Dinas Pertanian, Perikanan dan Ketahanan Pangan Kabupaten Banjarnegara, yakni melalui Program IPDM-IP yaitu semacam program pertanian yang diperuntukan untuk demplot kelompok tani di bawah saluran irigasi," katanya.

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 2 SD MI Tema 7 Halaman 146 147, Menentukan Kata Sapaan pada Dongeng Semut dan Belalang

Sedikitnya 20 kelompok tani yang ada di Kabupaten Banjarnegara akan mendapatkan program IPDM-IP (Integrated Participatory Development and Management of Irrigation) pada Musim Tanam kedua tahun 2022 ini.

"Untuk Kecamatan Susukan, ada 4 kelompok tani yang tersebar di 4 desa. Bahkan dalam waktu dekat, bertempat di Kecamatan Wanadadi, bersama dinas terkait akan memulai program IPDM-IP menggunakan teknologi jarwo riting plus," tegasnya

Baca Juga: Kunci Jawaban Soal Pilihan Ganda PJOK Kelas 3 SD MI, Bab 5 Aktivitas Senam Lantai Halaman 90

Lebih jauh Sunarko menjelaskan bahwa budidaya tanaman padi menggunakan Teknologi Jarwo Riting Plus ini sebagaimana konsep pertanian pada umumnya, bedanya hanya lebih menekankan pada pengendalian penyakit.

Dimana, umumnya petani hanya menyiapkan satu saluran atau parit akibatnya cenderung hama penyakit tanaman padi lebih mudah mendekat karena tidak ada pagar atau pembatas tanaman.

Bila teknologi Jarwo Riting Plus, pembuatan saluran atau parit pada empat sisi dan mengelilingi petakan sawah.

"Konsep utamanya pada pengendalian penyakit, endingnya tanaman sehat. Bila tidak ada penyakit maka produktivitas tanaman padi meningkat," urainya.

Baca Juga: Keutamaan Membaca Surah Al Mulk Setaip Malam, Berikut Penjelasannya

Konsep utama budidaya tanaman padi dengan Teknologi Jarwo Riting Plus ada 3 hal diantaranya jajar legowo, parit keliling dan plus (tanaman revugia).

Pertama, tanam padi sistem jajar legowo (jarwo) dimana bibit padi ditanam secara berbaris dengan jarak tanam 20 cm x 20 cm x 40 cm diselingi satu baris kosong.

Manfaat jajar legowo (jarwo) diantaranya mengurangi kelembaban (serangan hama penyakit), memudahkan perawatan tanaman (ada lorongnya) seperti pemupukan lebih mudah dan efektif, pengendalian hama penyakit lebih mudah serta penyiangan lebih ringan.

Manfaat jarwo berikutnya juga menambah jumlah populasi atau anakan, tanaman tumbuh sehat kuat mengurangi kerebahan, malai lebih panjang bulir padi besar dan penuh.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 3 SD MI Halaman 63 64, Isi Cerita dan Informasi pada Teks 'Bahan Dasar Pakaian'

Kedua, Riting (parit keliling) artinya di setiap petakan sawah padi dibuat parit atau selokan secara memutar mengelilingi petakan lahan padi.

Manfaat riting (parit keliling) diantaranya memudahkan pengaturan air seperti memasukkan air dalam petakan sawah lebih mudah dan cepat, membuang kelebihan air mudah dan cepat, mengontrol kebutuhan air lebih mudah.

Manfaat riting (parit keliling) berikutnya memudahkan pengendalian hama, seperti keong dan orong-orong.

Ketiga, Plus (tanaman revugia), dimana ditanam di setiap pematang sebagai border atau pelindung dari hama tanaman.

Baca Juga: Kunci Jawaban PJOK Kelas 4 SD MI Halaman 139: Bagian Badan yang Menyentuh Peti Lompat pada Senam Lantai

Adapun manfaat plus (tanaman revugia) diantaranya sebagai rumah atau tempat tinggal atau habitat musuh alami (predator), sebagai sumber makanan predator, mengendalian hama tanaman utama seperti mengusir/menolak hama dan pelindung atau mengalihkan hama.

Manfaat plus (tanaman revugia) berikutnya menambah nilai keindahan dan kesehatan, selfie atau wisata sawah, kates (kafe tengah sawah).

"Yang pada akhirnya menambah pendapatan petani," terangnya

Tanaman revugia dapat berupa tanaman hias (kenikir, kertas, tombel, matahari), sayuran(kacang panjang, pare, seledri, kangkung), gulma (bebandotan), dan tanaman pangan (jagung, kedele, ubi jalar).

Menyinggung tentang seberapa besar produktivitas tanaman padi bila menerapkan Teknologi Jarwo Riting Plus, Sunarko menambahkan, kenaikan sebesar 26 persen.

"Ada analisa usahanya," tegasnya

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 7 Kelas 3 SD MI Halaman 57, Hal Baik dan Tidak Baik Jika Ada Perbedaan Sifat dan Kebiasaan

Mendasar pada analisa usaha tani seluas 1.700 m (120 ubin) pada lahan sawah milik Sunarko menggunakan metode Jarwo Riting Plus pada varietas musim tanam April September 2019 lalu diperoleh hasil sebagai berikut:

Jumlah Total biaya produksi sebesar Rp 3.662.000.- meliputi:

Sewa lahan (1 musim tanam) Rp 1.750.000.-

Benih padi 5 kg Rp 60.000.-

Pupuk (Pupuk organik, NPK, Pupuk daun) Rp 500.000.- Pestisida Rp 152.000.-

Tenaga kerja pengolahan tanah sampai pengeringan hasil panen Rp 1.200.000.-

Baca Juga: Kunci Jawaban Kelas 2 SD MI Tema 7 Halaman 118 119, Menjawab Pertanyaan Sesuai Kisah Kucing dan Tikus

Diperoleh produksi 1.796 kg dikurangi 263 kg (bawon) menjadi 1.533 kg Gabah Kering Panen.

Sampai menjadi Gabah Kering Giling 1.320 kg.

Dijual seharga Rp 4.600.- per kilo x 1.320 kg GKG jumlah pendapatan Rp 6.072.000.-

Sehingga diperoleh keuntungan pendapatan dikurangi biaya modal sebesar Rp 2.410.000.-

Baca Juga: Apakah yang Dimaksud Produksi dan Produsen? Kunci Jawaban Kelas 4 SD MI Tema 8 Halaman 87, 88, 89, 90, 93, 94

Berikut hasil analisa usaha di lahan milik Hardiyanto, warga Desa Susukan yang tidak menggunakan Teknologi Jarwo Riting Plus.

Jumlah total biaya produksi sebesar Rp 3.331.000.- meliputi:

Sewa lahan (1 musim tanam) Rp 1.750.000.-

Benih padi 8 kg Rp 96.000.-

Pupuk (NPK) Rp 255.000.- Pestisida Rp 230.000.-

Tenaga kerja pengolahan tanah sampai pengeringan hasil panen Rp 1.000.000.-

Baca Juga: Latihan Soal UAS PAT PPKn Tema 8 Semester 2 Kelas 6 SD MI, Disertai Pembahasan dan Kunci Jawaban

Diperoleh produksi 1.425 kg dikurangi 210 kg (bawon) menjadi 1.215 kg Gabah Kering Panen.

Sampai menjadi Gabah Kering Giling 1.069 kg.

Dijual seharga Rp 4.600.- per kilo x 1.069 kg GKG jumlah pendapatan Rp 4.917.000.-

Sehingga diperoleh keuntungan pendapatan dikurangi biaya modal sebesar Rp 1.586.000.-

Hasil produksi Jarwo Riting Plus saat dibandingkan dengan produktivitas padi di lahan milik Hardiyanto, warga Desa Susukan yang tidak menggunakan Jarwo Riting Plus, diperoleh analisa usaha yang berbeda.

"Ada selisih 371 kg, dimana situasi kondisi relatif aman dari hama atau penyakit," pungkas lelaki yang memiliki segudang prestasi ini, seperti petani inovatif LKMA Center Banjarnegara 2017, Penyuluh swadaya teladan 2019 dan Duta Petani Andalan 2021.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Tags

Terkini

Terpopuler