Waspada! Diabetes Tak Terkontrol Bisa Sebabkan Kebutaan Permanen, Simak Selengkapnya

15 April 2023, 23:46 WIB
Ilustrasi pemeriksaan mata. Waspada! Diabetes Tak Terkontrol Bisa Sebabkan Kebutaan Permanen, Simak Selengkapnya /PIXABAY/

BANJARNEGARAKU.COM - Bagi penderita diabetes perlu memperhatikan pola makan dan pola hidup, pasalnya bagi penyakit diabetes yang tidak terkontrol akan meningkatkan risiko terjadinya komplikasi pada beberapa organ di tubuh, maka Waspadalah!

Salah satu risiko yang terjadi bagi penderita diabetes adalah komplikasi yang dapat terjadi adalah Mikroangiopati.

Baca Juga: Penting! Lokasi Penukaran Uang Baru di Tol Cikampek Utama untuk Lebaran 2023, Ini Jadwal Selengkapnya

Sedangkan bagi penderita diabetes, kondisi ini sering terjadi pada lapisan saraf penglihatan kita, yaitu lapisan retina. Jika komplikasi ini terjadi, maka akan terjadi penyakit yang disebut retinopati diabetika/ diabetic retinopathy (DR).

Dilansir Banjarnegaraku.com dari Pikiran-Rakyat.com pada 14 April 2023, Diabetes Tak Terkontrol Bisa Sebabkan Kebutaan Permanen.

Diketahui bahwa penyakit ini menyebabkan terjadinya kebocoran pada pembuluh darah di retina, sehingga jika tidak ditangani akan menyebabkan terjadinya perdarahan vitreus, kerusakan saraf retina, dan glaucoma, dan berakhir dengan terjadinya kebutaan.

Baca Juga: Hari Ini! Jasa Marga Resmi Buka Jalur Tol Jogja-Solo, Akses Kelancaran Arus Mudik dan Balik Lebaran 1444 H

Retinopati diabetik merupakan penyebab kebutaan utama pada pasien berusia 20-64 tahun di seluruh dunia. World Health Organization (WHO) menyatakan bahwa DR adalah penyebab kebutaan pada 4,8% dari seluruh 39 Juta penderita buta di dunia.

"Sementara di Indonesia, DR merupakan komplikasi kedua terbanyak pada penderita diabetes setelah nefropati," ujar dokter spesialis mata dari Santosa Hospital Bandung Center dr. Ohisa Harley, Sp.M(K).

Saat ini diperkirakan terdapat lebih dari 170 juta penderita DM di seluruh dunia dan diperkirakan akan mencapai 366 juta penderita pada tahun 2030 nanti. Semakin meningkatnya jumlah penderita diabetes akan meningkatkan risiko terjadinya penyakit retinopati diabetika ini.

Baca Juga: STIE Tambara Gelar Khotmil Qur'an dan Pemberian Santunan Bagi Anak Yatim Piatu, Ini Selengkapnya

Kadar gula darah yang tinggi yang terjadi dalam waktu yang lama akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada sel endotel. Sel ini berfungsi untuk menjaga integritas dinding pembuluh darah.

Kerusakan dinding ini akan menyebabkan terjadinya kebocoran vascular, sehingga akan menimbulkan terjadinya perdarahan.

Hal ini menyebabkan menurunnya asupan oksigen pada jaringan retina. Kondisi hipoksia ini menyebabkan tumbuhnya pembuluh darah baru yang disebut neovaskularisasi (NV).

Baca Juga: Aneka Lomba di Masjid Nurul Huda Petambakan Banjarnegara, Semarakkan Ramadhan 1444 H

Hingga pada stadium ini, penglihatan pasien bisa saja masih dalam kondisi baik-baik saja. Akan tetapi, NV yang sudah tumbuh ini gampang bocor sehingga sewaktu-waktu dapat menimbulkan risiko terjadinya perdarahan di tengah bola mata dan ablasio retina traksional, yang terjadi akibat tumbuhnya selaput di sekitar neovaskularisasi tersebut.

"Kedua hal ini jika tidak segera ditangani akan meningkatkan risiko terjadinya kebutaan yang permanen," tutur Ohisa.

Ada dua hal penting yang perlu dilakukan untuk mencegah kebutaan permanen:

1. Menjaga kestabilan kondisi sistemik dengan baik.

2. Melakukan pemeriksaan skrining retinopati diabetika dengan funduskopi.

Baca Juga: UI, Undip, UGM, Gundar, Binus, Unair, UB, SMB ITB, UNS, dan Telkom, Sekolah Bisnis Terbaik 1-10 Versi Edurank

Ohisa melanjutkan, skrining DR perlu dilakukan saat pertama kali terdiagnosa DM tipe 2, setelah 5 tahun menderita DM tipe 1, dan saat terjadinya DM pada kehamilan.

Skrining ini sangat penting dilakukan karena hingga pada awal derajat berat, penglihatan bisa saja masih belum ada keluhan. Akan tetapi, pada kondisi ini, dapat tiba-tiba berubah menjadi buram mendadak akibat pecahnya pembuluh darah.

Penanganan kasus retinopati diabetika dapat dilakukan melalui tindakan laser retina, penyuntikan obat anti-VEGF intravitreal , dan operasi vitrektomi. Penentuan jenis tindakan tergantung seberapa berat derajat DR yang terjadi.

Baca Juga: Grand Final Dai-Qu: Azmi Wulan dari Kudus dan Miftakhul Firman dari Malang Terbaik

"Semakin cepat ditangani semakin memberikan hasil yang lebih baik. Jika ditangani dengan segera sebelum kerusakan saraf terjadi, maka penglihatan dapat dikembalikan seperti semula," ujar Ohisa. Semoga bermanfaat.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler