Pendidikan Karakter
Prof Martono menegaskan bahwa pentingnya pendidikan karakter sebagai anak bangsa Indonesia.
Perlunya pendidikan norma dan etika pergaulan, terutama etika dan sopan santun terhadap ortu, pergaulan terhadap orang yang lebih tua, orang yang dituakan, kepada yang lebih muda, dan kepada sebaya.
"Jika pendidikan karakter sebagai bangsa Indonesia, yang selalu ngugemi adat ketimuran, andhap asor dan punya budaya malu, maka sampai dewasa, berkeluarga, hingga lansia pun akan memegang teguh norma-norma kesusilaan, norma-norma sosial kemasyarakatan, dan sopan santun dalam bergaul dengan siapa saja," jelas Prof Martono.
Sebagaimana kita ketahui, tren masyarakat kekinian yang bergaya hedon, suka memamerkan kekayaan ke publik melalui media sosial, sejatinya membuat nyeseg kelompok masyarakat mendang-mending (baca: masyarakat di bawah menengah ke bawah alias miskin).
Terlebih lagi jika yang bergaya hedon itu adalah pejabat negara, Aparatur Sipil Negara (ASN) dan anggota Dewan serta keluarganya, yang notabene digaji dari uang rakyat, yang dikumpulkan dari pajak rakyat yang kebanyakan kaum miskin, sehingga wajar hujatan demi hujatan, nyinyiran demi nyinyiran, tak hanya dari netizen terutama kaum mendang-mending, namun juga dari kalangan internal pejabat ASN sendiri, tertuju ke mereka.
Menkeu Sri Mulyani menegaskan bahwa kepercayaan publik dan integritas adalah fondasi bernegara yang tidak boleh tergerus dan tidak boleh dikhianati.
Dirinya sangat memahami bahwa masyarakat sangat kecewa dan marah akan situasi yang tidak mudah belakang ini.
"Kami di Kemenkeu juga tersakiti dan terkhianati. Ini semua harus kami jawab dengan koreksi yang lebih keras lagi, karena kami harus terus menjalankan tugas negara. Tidak ada institusi yang sempurna, namun, ini tidak boleh menjadi justifikasi untuk membiarkan segala kejahatan. Kejahatan harus ditundukkan, ini yang terus kami perbaiki di Kemenkeu,” kata Sri Mulyani melalui akun isntagram resminya, menanggapi kelakuan beberapa pejabat di Kemenkeu di Direktorat Jenderal Pajak dan di Direktorat Bea Cukai yang diketahui suka pamer harta di media sosial dan bergaya hidup mewah.