Ratusan Orang Rela Antre di Halaman GRIS Semarang Menunggu Pengobatan dari Ida Dayak, Ternyata...

- 8 Mei 2023, 14:18 WIB
Ratusan Orang Rela Antre di Halaman GRIS Semarang Menunggu Pengobatan dari Ida Dayak, Ternyata...
Ratusan Orang Rela Antre di Halaman GRIS Semarang Menunggu Pengobatan dari Ida Dayak, Ternyata... /Dian Sulistiono/

Baca Juga: Kuota Jemaah Haji Indonesia Bertambah lagi, Terkonfirmasi Sudah Masuk dalam e-Hajj

"Konon, waktu itu, Kota Semarang menjadi pusat peradaban," kata Hre, warga setempat.

Lalu lintas komoditas palawija masuk via Pelabuhan Tanjung Emas. Mereka itu para pedagang dari Portugis, Cina, India, dan lainnya.

Maklum, Pelabuhan Tanjung Emas menjadi pelabuhan paling ramai di Pulau Jawa kala itu.

GRIS dulunya adalah gedung Harmoni Belanda (Societeit Harmonie). Bangunan ini, digunakan sebagai tempat berkumpulnya orang-orang Belanda.

Baca Juga: Kronologi Bus Rombongan Peziarah Terguling di Guci Tegal, Pemkot Tangerang Selatan Kirim Bantuan...

Orang pribumi membeli GRIS untuk dijadikan sebagai gedung bioskop. Dibentuklah panitia Fond GRIS. GRIS ini dulu diurus oleh yayasan, disampingnya juga ada gedung wayang orang yang bernama Ngesti Pandowo.

Pementasan bioskop dibagi tiga sesi, dimulai pukul 17.00 hingga pukul 23.00. Tahun 1950 hingga 1970 adalah masa kejayaan GRIS. Pemutaran film tidak hanya lokal tapi juga film barat.

Selain sebagai gedung bioskop, GRIS biasa digunakan untuk acara resepsi, perpustakaan rakyat, dan kampus akademi Bahasa.

Baca Juga: Wajib Tahu! Kesehatan akan Bermasalah, Jika Kamu Kurang Mengkonsumsi Air Putih...

Halaman:

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Portalpekalongan.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x