Network
Pembelajaran ini dipimpin oleh guru sejarah Dicky Aulia bersama tim guru sejarah SMAN Pagerbarang. Beberapa staf humas PG Djatibarang juga bertindak sebagai narasumber dan tour guide.
"Kegiatan ini sekaligus mengenalkan rasa peduli pada benda cagar budaya, khususnya yang berkaitan dengan sejarah kotanya. Sejarah kolonialisme sangat erat dan terlihat bekasnya di Tegal. Anak-anak harus paham hal itu," ujar Dicky yang juga pengurus Asosiasi Guru Sejarah Indonesia Provinsi Jawa Tengah.
Menurut Dicky, PG Djatibarang memiliki keunikan tersendiri. "Di PG ini, terdapat stasiun bertulis Remise. Di dunia hanya ada dua serupa yaitu di komplek PG Djatibarang dan di Johanesberg, Afrika Selatan. Dan stasiun inilah yg sering kita saksikan di film Thomas And Friends, sehingga tadi anak-anak serasa berada di film kartun Thomas," ujar Dicky.
Baca Juga: Menteri Tito Memberhentikan Ganjar dan Mengangkat Nana Sudjana Sebagai Pejabat Gubernur Jateng
Menurut Dicky, pembelajaran sejarah di luar ruangan ini bertujuan untuk meningkatkan kualitas pembelajaran sejarah agar kontekstual dengan lingkungan sekitar.
Salah satu siswa bernama Siti mengaku sangat takjub dengan PG Djatibarang. Ia baru pertama kali masuk ke dalam gedung ini.
"Sangat menarik, kalau belajar di dalam kelas paling hanya melihat gambar di buku atau video. Di sini kita bisa melihat isi pabrik gula dan juga yang menarik lokomotif uapnya. Ternyata mesin uap betul-betul ada di Indonesia ketika masa penjajahan," ujar Siti.
Pabrik gula Djatibarang didirikan oleh MV Mij Tot Exploitatie der Suiker Onderneming. Sebuah perusahaan swasta dari Belanda mendirikannya pada 1842. Pabrik ini jadi yang terbesar di pulau Jawa pada masanya. Pabrik ini mengolah tebu dari sekitar Tegal dan Brebes.
Terkenalnya serial Thomas and Friends seharusnya bisa membangkitkan lokasi ini menjadi wisata sejarah yang menarik. Apalagi tempat ini unik. Meskipun tidak berada di ibukota Jawa Tengah, Semarang namun tempat ini bisa dikunjungi karena akses ke sana cukup memadai.
