Menurutnya, hasil dari sekolah jurnalistik ini adalah mendorong agar mahasiswa FH Unissula memiliki standar kemampuan dalam mendokumentasikan lewat tulisan ilmiah populer, baik itu hasil penelitian, respons terhadap keadaan sosial politik di sekitar, menggali referensi-referensi, atau menemukan best practice (pengalaman terbaik).
''Setidaknya ini memberi bekal dasar kepada mahasiswa, untuk memperkuat yang sudah baik menjadi lebih baik, yang belum tahu seluk-beluk penulisan ilmiah populer bisa mendapatkan pematangan lewat pelatihan ini,'' ujar dosen dan penulis buku ilmu jurnalistik itu.
Satu hal yang membanggakan, tambah dia, sejumlah provinsi tergerak untuk menyelenggarakan sekolah model seperti ini.
Namun, sejauh ini hanya PWI Jateng dan FH Unissula yang secara istikamah dan berkelanjutan menggelar pelatihan ini.
Kompetensi dan Kepedulian
Di bagian lain, Dekan FH Unissula, Jawade Hafidz saat membuka sekolah ini menjelaskan, konsistensi mencapai tujuan yang baik guna mencapai prestasi, adalah sesuatu yang tidak bisa dihindari.
Tanpa konsistensi, prestasi tak bisa dicapai. Konsistensi lewat sekolah jurnalistik, tandasnya, akan melahirkan kepercayaan diri dan kompetensi bagi mahasiswa.
Dijelaskannya, sekolah jurnalistik yang digagas PWI Jateng dan Fakultas Hukum Unissula adalah bagian dari akademik dan masuk kurikulum. Hanya saja, diadakan setelah mahasiswa menyelesaikan seluruh studi tahap akhirnya.
''Harapannya mereka punya keahlian sesuai amanat UU Sistem Pendidikan Nasional bahwa lulusan S1 harus punya kompetensi. Orientasi kami adalah mahasiswa memperoleh skill khusus di bidang jurnalistik. Upaya ini juga menyadarkan mereka punya kepedulian terhadap lingkungan sosial,'' bebernya.