BANJARNEGARAKU.COM - Istilah Rebo Wekasan sebenarnya telah banyak orang tahu dan telah mendarah daging dikalangan masyarakat Jawa. Rebo Wekasan atau Rabu Wekasan dianggap sebagai hari datangnya sumber penyakit dan marabahaya. Rata-rata, upacara yang dilaksanakan pada Rabu Wekasan adalah bersifat tolak bala atau tolak musibah.
Diketahui, sebenarnya tradisi ini merupakan perpaduan nilai-nilai agama Islam dengan tradisi Jawa. Sedangkan tujuan peringatan Rabu Wekasan adalah menolak bencana (tolak bala) dan sebagai wujud rasa syukur. Kegiatan yang dilakukan biasanya antara lain adalah berdo'a, salat sunnah, dan bersedekah. Untuk memohon perlindungan kepada Allah SWT.
Baca Juga: Ajarkan Miniatur Kepemimpinan, MTs Tanbihul Ghofilin Gelar Debat Kandidat Calon Ketua OSIM
Dikutip banjarnegaraku.com dari berbagai sumber, bahwa Rebo Wekasan merupakan wujud Akulturasi Budaya Jawa (Islam dan Jawa). Daerah yang mengenal dan melakukan tradisi ini mayoritas adalah daerah pesisiran yang dikenal lebih dulu, kuat, dan kosmopolit keislamannya dibanding daerah pedalaman Jawa.
Rabu Wekasan atau juga bisa disebut Rabu Pungkasan adalah hari Rabu terakhir pada bulan Sapar atau Safar, bulan hijriah yang kedua. Artinya, Rabu Wekasan selalu jatuh pada hari Rabu terakhir bulan Safar (Hijriah) atau bulan Sapar (Jawa) setiap tahunnya.
Namun, banyak yang beranggapan dan bahkan percaya bahwa Rebo Wekasan adalah hari turunnya ribuan penyakit, sehingga sebagian masyarakat juga harus mawasdiri dan waspada.
Baca Juga: Ini 15 Contoh Soal Sumatif PTS Matematika Kelas 7 SMP Kurmer Lengkap Kunci Jawaban dan Pembahasan
Tak heran jika masyarakat banyak yang berbondong bondong melakukan amalan amalan yang telah menjadi tradisi dalam Rebo Wekasan ini. Seluruh pelosok dan kota dalam negri masih sangat kental akan tradisi Rebo Wekasan.