BMKG Amati Suhu Ekstrem yang Berangsur Turun, Indonesia Tak Kena Gelombang Panas

26 April 2023, 15:12 WIB
Ilustrasi cuaca ektrim. BMKG Amati Suhu Ekstrem yang Berangsur Turun, Indonesia Tak Kena Gelombang Panas /Pixabay

BANJARNEGARAKU.COM - Kepala Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati mengatakan, kondisi gelombang panas dapat dijelaskan secara karakteristik fenomena dan indikator suhu kejadian.

Dari dua faktor tersebut, fenomena suhu panas di RI sebenarnya bukan disebabkan gelombang panas karena tidak memenuhi kondisi-kondisi yang diperlukan.

Baca Juga: Badminton Asia Championship 2023, Ganda Putra Indonesia Bertemu Jagoan Malaysia

Dalam beberapa waktu terakhir, Indonesia mengalami fenomena suhu panas yang telah menjadi perbincangan. BMKG memastikan, lonjakan suhu di Indonesia bukan disebabkan oleh kondisi gelombang panas.

Dilansir Banjarnegaraku.com dari Pikiran-Rakyat.com pada 25 April 2023, Indonesia Tak Kena Gelombang Panas, BMKG Amati Suhu Ekstrem yang Berangsur Turun.

Gelombang panas, ditinjau secara karakteristik fenomena, terjadi di wilayah yang terletak pada lintang menengah hingga lintang tinggi. Hal serupa di belahan bumi bagian selatan pada wilayah geografis yang memiliki atau berdekatan dengan massa daratan dengan luasan yang besar.

Baca Juga: Pelaksanaan SKB Pengaturan Lalu Lintas di Jalan Tol Selama Masa Arus Balik Angkutan Lebaran, Jasa Marga Siap

"Sementara wilayah Indonesia terletak di wilayah ekuator, dengan kondisi geografis kepulauan yang dikelilingi perairan yang luas," ujar Dwikorita, dalam keterangan resmi, Selasa, 25 April 2023.

Gelombang Panas

Gelombang panas, ditinjau secara indikator statistik suhu kejadian, berlangsung hingga lima hari berturut-turut dan harus mencatatkan suhu maksimum harian melebihi ambang batas statistik. Dengan demikian, apabila suhu maksimum pada suatu lokasi tidak berlangsung lama, maka tidak dikategorikan sebagai gelombang panas.

Baca Juga: Warga Banjarnegara Tersapu Ombak Pantai Mliwis Kebumen, Hingga Kini Belum Ditemukan

"Lonjakan suhu maksimum yang mencapai 37,2 derajat celcius melalui pengamatan stasiun BMKG di Ciputat pada pekan lalu hanya terjadi satu hari tepatnya pada tanggal 17 April 2023," kata Dwikorita.

Ia memastikan, suhu tinggi tersebut saat ini sudah turun di kisaran 34 hingga 36 derajat celcius yang teramati di beberapa lokasi. Menurutnya, angka tersebut untuk wilayah Indonesia masih dalam kisaran normal.

Di sisi lain, Dwikorita mengimbau masyarakat agar tidak perlu panik menyikapi keterkaitan gelombang panas dan radiasi ultraviolet (UV). Tinggi rendahnya indeks UV tidak memberikan pengaruh langsung pada kondisi suhu udara di suatu wilayah.

Baca Juga: Sebanyak 43.500 Pemudik KA yang Sampai ke Jakarta dari Berbagai Daerah, Momen Arus Balik Lebaran

"Untuk wilayah tropis seperti Indonesia, pola harian seperti disampaikan di atas secara rutin dapat teramati dari hari ke hari meskipun tidak ada fenomena gelombang panas," ujarnya.

Suhu panas ekstrem melanda negara-negara Asia dalam sepekan terakhir. India mencatat suhu tertingginya mencapai 41 derajat celcius. Bangladesh mencetak rekor suhu tertinggi di atas 50 derajat celcius.

Paling sedikit 11 orang tewas dan lainnya dirawat di rumah sakit setelah tersengat udara panas saat menghadiri sebuah acara di negara bagian Maharashtra di India barat, Senin, 17 April 2023. Departemen Cuaca India mengeluarkan peringatan gelombang panas selama beberapa hari ke depan di sejumlah wilayah negeri itu.

Baca Juga: Ini Rahasia Hidup Sehat dan Bugar Nenek Supriyati 78 Tahun Penerima Lencana Karya Satya XXX dari Presiden SBY

"Dalam beberapa hari ke depan diperkirakan suhu tidak akan turun terlalu besar. Kondisi gelombang panas di beberapa wilayah akan terus terjadi, berselang seling hingga 10 hari pertama bulan Juni," kata kepala ahli meteorologi pada Badan Cuaca India, kepada Anadolu.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler