Tahukah Kamu? Ada Kisah Asal-usul Pukul Lesung Ketika Gerhana Bulan atau Matahari Dimakan Batara Kala

- 8 November 2022, 16:22 WIB
Ilustrasi gerhana bulan. Tahukah Kamu? Ada Kisah Asal-usul Pukul Lesung Ketika Gerhana Bulan atau Matahari Dimakan Batara Kala
Ilustrasi gerhana bulan. Tahukah Kamu? Ada Kisah Asal-usul Pukul Lesung Ketika Gerhana Bulan atau Matahari Dimakan Batara Kala /Pexels/GEORGE DESIPRIS

BANJARNEGARAKU.COM -Tradisi pukul lesung ketika terjadi gerhana bulan atau matahari memiliki filosofi bagi kepercayaan masyarakat.

Hal ini mengait dengan kepercayaan masyarakat tentang bulan dan matahari yang sedang dimakan batara kala.

Sedangkan kita tahu bahwa masyarakat Indonesia memang kaya akan adat dan kebudayaan yang terikat pada mitos dan legenda.

Baca Juga: Kwarcab Banjarnegara Sukses Gelar Lomba Tingkat III, Berikut Daftar Regu yang Berprestasi

Di antaranya ialah budaya memukul lesung ketika terjadi gerhana bulan atau matahari dengan tujuan agar bulan dan matahari kembali bersinar.

Dilansir Banjarnegaraku.com dari YouTube Pegawai Jalanan yang diunggah pada 25 Desember 2021. Dan pada tahun ini terjadi gerhana bulan tepat pada tanggal 8 November 2022.

Dalam kisah mitologi, gerhana dipercaya terjadi karena batara kala memakan bulan atau matahari.

Baca Juga: Hebat! Siswa SMPN 3 Pagedongan Sabet Juara 1 Lomba Video Kreatif Nasional Lewat Konten VR

Dikethui, salah satu sumber kisah ini adalah kitab Adi Parwa.

Dan kitab itu dikatakan, pada dahulu kala sebelum dunia dihuni manusia, para dewa dan raksasa telah menghuninya lebih dahulu.

Kedua golongan ini ingin hidup abadi, dan untuk mewujudkannya mereka harus mendapatkan tirta amerta atau air kehidupan.

Baca Juga: Solusi Bau Badan dan Bau Mulut Dijamin Hilang, Konsumsi Ini Selama Tiga Hari, Simak Penjelasan dr Zaidul Akbar

Tirta amerta berada di lautan susu. Untuk mengeluarkannya haruslah digergaji terlebih dahulu dari wujud seekor naga atau ular yang sangat besar.

Para Dewa dan raksasa kemudian bekerjasama untuk mendapatkan Tirta Amerta.

Golongan dewa memegang ekor naga sedangkan golongan raksasa memegang kepala naga.

Baca Juga: Angin Kencang di Purbalingga Rusak Puluhan Rumah, Dua Warga Luka-Luka

Namun, genggaman yang terlalu kuat membuat naga marah dan mengeram keras sehingga membuat para raksasa terpelanting.

Pada akhirnya para dewalah yang berhasil mendapatkan Trta Amerta dan menyimpannya di tempat mereka beristirahat.

Tirta amerta dijaga oleh dewa yang bertugas secara bergantian pada siang dan malam, yakni Dewa Surya (dewa matahari) dan Dewi Candra (dewi bulan).

Baca Juga: Bu Nyai Nusantara Memiliki Peran Besar Bagi Pondok Pesantren, Menonjol Sejak Abad 19

Kalarahu atau Batara Kala yang berasal dari golongan raksasa berusaha mencuri Tirta Amerta. Ketika berhasil, ia segera menelan tirta amerta.

Sayangnya, aksi Batara Kala ketahuan para dewa. Dewa Wisnu memanahnya sebelum Tirta Amerta habis, membuat kepala batara kala putus terpenggal.

Tubuh Batara Kala jatuh ke bumi dan berubah menjadi lesung, sementara kepalanya masih hidup dan berkeliaran di angkasa.

Baca Juga: Gerhana Bulan Total 8 November 2022, Berikut Wilayah di Indonesia yang Bisa Melihat Fenomena Tersebut

Karena batara kala yang masih menyimpan dendam, maka setiap kali bertemu matahari (Dewa Surya) atau bulan (Dewi Chandra) ia akan memakannya.

Masyarakat mempercayai itulah yang menyebabkan terjadinya gerhana matahari atau gerhana bulan.

Namun, karena Batara Kala tidak lagi memiliki tubuh, maka setiap kali ia menelan matahari atau bulan akan melewati lehernya begitu saja.

Baca Juga: JSIT Jawa Tengah Siap Wujudkan Pendidikan Berkualitas dan Berikan Kontribusi Maksimal

Masyarakat kemudian mempercayai cara untuk mempercepat keluarnya matahari atau bulan yang sedang ditelan Batara Kala adalah dengan memukul-mukul lesung.

Dengan demikian, Batara Kala akan merasa kesakitan karena badannya dipukuli sehingga segera melepaskan bulan atau matahari.

Lambat laun, budaya ini menjadi kesenian yang indah yang dikenal dengan 'gejokan lesung' sebagai sarana hiburan setiap musim menumbuk padi atau saat bulan purnama.***

Editor: Nowo Sarwidi, S.Pd

Sumber: YouTube PEGAWAI JALANAN


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x