Pertama di Indonesia! Praktik Unjuk Rasa Masuk Pelajaran Sekolah di Banjarnegara

6 Maret 2024, 22:55 WIB
Unjuk rasa mempraktikkan Reformasi 1998 /Brave/Heni

BANJARNEGARAKU.COM - “Turunkan Suharto! Turunkan Suharto!” teriak Siswa kelas XII SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara. Mereka menenteng spanduk besar dan kecil bertuliskan kalimat senada minta Presiden Suharto meletakkan jabatan Presiden. 

Puluhan siswa-siswi yang yang masih berseragam lengkap menuju lapangan sekolah. Corong suara dari buku yang digulung dibawa agitator yang terus berteriak-teriak menyemangati peserta aksi.

Baca Juga: Anti Ribet, Menu Sahur Praktis dan Bergizi untuk Seminggu

Para siswa-siswi ini sedang mempraktikkan pelajaran sejarah lengsernya Presiden Suharto karena unjuk rasa mahasiswa tahun 1998. Selain sejarah Reformasi 1998, siswa-siswi juga belajar sejarah People Power di Filipina. 

Guru sejarah SMAN 1 Sigaluh Heni Purwono, Senin 4Maret 2024 mengungkapkan materi People Power diajarkan untuk kelas XII IPS dan Reformasi 1998 untuk kelas XII MIPA.

"Pembelajaran yang akan selalu diingat siswa biasanya yang siswa diminta memperagakan atau mendemonstrasikan, tidak hanya guru ceramah di depan kelas. Karenanya siswa saya ajak melakukan pembelajaran berbasis simulasi ini," ujar mantan aktivis mahasiswa Unnes tahun 2000-an itu.

Baca Juga: Lengkap 2024! 20 Contoh Soal IPAS Kelas 4 Bab 7 Sumatif Kurikulum Merdeka beserta Kunci Jawaban Semester 2

Selain itu, tambah Heni, juga dalam rangka mengajak siswa untuk memahami aneka bentuk penyaluran aspirasi dalam demokrasi.

"Demonstrasi merupakan hak konstitusional warga negara yang dilindungi undang-undang. Jangan sampai siswa menganggap bahwa demo adalah suatu hal yang terlarang. Karena terkadang bahkan aksi demonstrasi menjadi solusi bagi sebuah permasalahan," tambah Heni.

Ia mencontohkan, Pilkades Banjarnegara yang tadinya akan ditunda akhirnya berjalan sesuai jadwal juga karena adanya desakan aksi demonstrasi massa.

Baca Juga: Tradisi Nyadran, Warga Petambakan Banjarnegara Bersihkan Kuburan

"Hanya dalam simulasi ini, siswa benar-benar saya berikan rambu-rambu tentang bagaimana aksi yang baik, terstruktur, santun dan tidak melanggar undang-undang. Jangan sampai siswa menganggap ketika demo boleh melakukan apa saja, itu pemahaman yang keliru dan harus diluruskan," tandas Heni.

Kegiatan simulasi ini juga Heni harapkan menjadi bekal bagi para siswa yang nantinya kuliah untuk menjadi mahasiswa yang tidak takut atau bahkan anti demonstrasi. Adapun bagi siswa yang tidak kuliah, diharapkan pengetahuan ini juga bermanfaat untuk hidup di masyarakat menjadi warga yang kritis.

Salah satu siswa kelas XII IPS 2 Mico Yudhistira mengaku kegiatan simulasi ini sangat seru dan membekas baginya.

Baca Juga: Kabar Gembira! Kartu Prakerja Gelombang 64 Dibuka Minggu Ini, Catat Cara Pendaftarannya Berikut Ini...

"Kita jadi tahu ternyata kalau aksi harus ada struktur organisasi nya, harus buat surat pemberitahuan ke Polisi dan seterusnya. Intinya jangan sampai kita ikut demo tapi tidak tahu aturan, hanya ikut-ikutan, apa lagi demo karena dibayar. Kita harus tahu isu yang dibawa dalam sebuah aksi," ujar Mico.

Unjuk rasa masuk jadi praktik yang diingat siswa Heni

Lain halnya dengan Rivalent Fahreza. Siswa kelas XII IPS 3 ini mengaku simulasi aksi memberinya pengalaman melakukan orasi.

"Ternyata tidak mudah juga berorasi. Di depan teman-teman sekelas saja grogi, apalagi kalau di depan masyarakat dan Polisi, tentu lebih grogi. Ini pengalaman yang sangat berharga," ujar Rivalent.

Baca Juga: Varian Rasa Lumpia Oleh oleh Khas Semarang, Bukti Sejarah Inovasi Tiada Henti

Berdasarkan pantauan Banjarnegaraku, belum ada sekolah setingkat yang mengajarkan unjuk rasa dalam pelajaran sekolah. Ini pertama di Indonesia, meskipun pada tahun 2023 juga sudah dilakukan oleh sekolah dan mata pelajaran yang sama. ***

 

Editor: Aris BRAVE

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler