Ekskul Pramuka Dihapus? Kasi Ponpes Kemenag Banjarnegara: Harusnya Itikaf Ramadhan Bagian Kurikulum Pendidikan

7 April 2024, 09:21 WIB
Muhammad Subhan, Kepala Seksi Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama Banjarnegara, mengungkapkan pandangannya dalam pembukaan kegiatan Itikaf Pelajar Banjarnegara. Dok Istimewa Heni /Taufik Hidayat PP/

BANJARNEGARAKU.COM - Dalam suasana perubahan setelah dikeluarkannya Peraturan Mendikbudristek Nomor 12 Tahun 2024 yang menghilangkan status Pramuka sebagai ekstrakurikuler wajib, muncul suara yang menyarankan agar kegiatan itikaf Ramadhan menjadi bagian dari kurikulum untuk siswa Muslim.

Muhammad Subhan, Kepala Seksi Pondok Pesantren Kantor Kementerian Agama Banjarnegara, mengungkapkan pandangannya dalam pembukaan kegiatan Itikaf Pelajar Banjarnegara yang diselenggarakan oleh Forum Rohis Banjarnegara dan Yayasan Sahabat Muda Indonesia di Masjid At Taqwa Gayam Banjarnegara pada Sabtu (6/4/2024).

Baca Juga: Meriahkan Suasana Ramadhan, Masjid NH Petambakan Banjarnegara Adakan Program Sabar dan Beragam Lomba Keagamaan

Subhan menyoroti kurangnya implementasi kegiatan itikaf di kalangan umat Muslim, meskipun merupakan amalan Rasulullah yang sering dibahas dalam pengajian jelang akhir Ramadhan.

"Kehadiran pelajar yang melaksanakan itikaf sungguh membanggakan. Saya berharap kegiatan ini dapat dijadikan bagian dari kurikulum wajib oleh Kementerian Agama bagi para siswa Muslim selama 10 hari terakhir Ramadhan. Itikaf merupakan kegiatan istimewa," ujar Subhan.

Subhan juga menyayangkan fakta bahwa 10 hari terakhir Ramadhan seringkali dihabiskan di jalanan yang ramai, meningkatkan risiko kecelakaan. Menurutnya, masa tersebut seharusnya dihabiskan di masjid untuk ibadah.

Subhan bahkan menyampaikan keheranannya apakah setan yang seharusnya terbelenggu malah dibiarkan lepas pada saat itu.

Baca Juga: Khataman Al-Quran di SMAN 1 Sigaluh Banjarnegara Tandai Kesempurnaan Amaliah Ramadhan

Dalam konteks ini, Heni, Ketua Umum Yayasan Sahabat Muda Indonesia, mendukung gagasan agar itikaf Ramadhan menjadi bagian dari kurikulum.

Heni juga menegaskan bahwa hal tersebut bukanlah hal yang mustahil, mengingat pada masa pemerintahan Presiden Gus Dur, siswa diberikan libur selama Ramadhan untuk beribadah. Heni menekankan bahwa kegiatan itikaf sangat positif dan sesuai dengan ajaran agama Islam.

Pada kegiatan Itikaf Pelajar Banjarnegara yang diikuti oleh lebih dari 50 pelajar, selain menginap di masjid selama dua hari, mereka juga melakukan berbagai aktivitas seperti tadarus, sholat malam, dan mengikuti kajian materi dari narasumber berbeda.

Baca Juga: Komunitas Lantai Dasar Laksanakan Sore Bergambar 10 di Dinding TRMS Serulingmas Banjarnegara

Materi tersebut mencakup moderasi beragama dari Kementerian Agama, penanganan kenakalan remaja dari Polres, fiqih Ramadhan dari Syarikat Islam, dan birul walidaian dari Nahdlatul Ulama.

Salah satu peserta, Najarudin dari SMAN 1 Sigaluh, mengungkapkan kegembiraannya bisa mengikuti kegiatan itikaf pelajar ini.

Baginya, ini merupakan pengalaman pertamanya menjalankan itikaf secara menyeluruh di masjid, yang membuatnya lebih dekat dengan Al-Quran.

Dengan memasukkan kegiatan itikaf Ramadhan ke dalam kurikulum, diharapkan generasi muda Muslim dapat lebih terlibat dalam kegiatan keagamaan yang memperkokoh keimanan dan ketaqwaan para siswa, serta menjadikan Ramadhan sebagai momen yang lebih berarti dalam pendidikan agama islam.***

Editor: Taufik Hidayat PP

Sumber: liputan

Tags

Terkini

Terpopuler