Petani Padi Kewalahan, Othok-othok Tak Mampu Usir Hama Burung

- 4 Februari 2022, 04:46 WIB
Bunyi-bunyian ‘othok-othok’ tak mampu usir organisme pengganggu tanaman tersebut (hama burung)
Bunyi-bunyian ‘othok-othok’ tak mampu usir organisme pengganggu tanaman tersebut (hama burung) /

BANJARNEGARAKU - Petani di Desa Dermasari Kecamatan Susukan, Banjarnegara merasa kewalahan menghadapi segerombolan hama burung pipit atau emprit yang menyerang bulir padi mereka sejak sepekan terakhir.

Bunyi-bunyian Othok othok tak mampu usir organisme pengganggu tanaman tersebut (hama burung), sebagaimana diungkapan Sudiman, salah seorang petani Dusun Blarak, Desa Dermasari, Banjarnegara baru-baru ini kepada banjarnegaraku.com.

Padi yang dihasilkan petani sudah mendekati musim panen sehingga para petani harus mencegah serangan hama burung seiring musim panen tiba.

Baca Juga: Jika Ditemukan Covid 19 di Sekolah, Bupati Purbalingga Hentikan PTM

Namun, pihaknya merasa kewalahan dalam menghadapi salah satu parasit yang sering muncul saat padi mendekati panen tersebut.

Burung akan memakan bagian dalam padi sehingga kulitnya akan tertinggal.

Hama burung menyerang mulai pagi hingga jam 10.00 WIB, selanjutnya pukul 15.00 WIB sampai matahari tenggelam.

Pada siang hari cenderung cuacanya panas, sehinga burung relatif tidak ada yang menyerang tanaman padi.

Sudiman harus bersusah payah bersama istrinya mengusir hama burung pipit yang secara bergerombolan memakan bulir padinya.

“Istri saya berjaga pada pagi hari, gantian pada sore hari, saya yang berjaga,” tambahnya.

Alat tradisional

Meski ditengah maraknya peralatan pertanian modern, sejumlah petani masih bertahan dengan cara lama atau tradisional untuk mengusir hama burung pipit atau emprit menjelang panen.

Baca Juga: Kunci Jawaban PAI Kelas 6 SD Halaman 99, Infak dan Sedekah

Othok othok, misalnya, salah satu alat permainan tradisional yang biasa digunakan bermain anak-anak, telah dimodifikasi sedemikian rupa sebagai sumber penghasil bunyi-bunyian untuk mengusir hama burung.

Othok othok akan mengeluarkan suara gaduh yang bertujuan mengusir burung agar tidak mendekat ke areal sawah.

Dengan memanfaatkan tenaga dari tiupan angin yang menggerakkan baling-baling yang terhubung dengan Othok othok sebagai sumber penghasil bunyi.

Dipastikan pemasangan Othok othok sesuai arah angin sehingga baling-baling berputar kencang.

Selain itu, kecepatan baling-baling juga dipengaruhi kondisi cuaca saat itu.

“Menjelang jam tiga sore angin bertiup sangat kencang, namun bila situasi mendung, angin tidak cukup untuk menggerakkan baling-baling”, tambah Sudiman.

Petani lainnya, Suhadi, juga masih menggunakan cara konvensional, ia telah memasang benda yang bisa menimbulkan bunyi- bunyian.

Kaleng disusun secara paralel menggunakan tali plastik dibentangkan ke lahan sawah, membawa bendera putih sambil dikibas-kibaskan.

Memasang kertas warna warni, memasang orang-orangan sawah atau memedi, hingga melempari burung menggunakan tanah atau batu kerikil.

Baca Juga: Kunci Jawaban Tema 6 Kelas 1 Pembelajaran 4 Sub Tema 1 Halaman 26: Membuat Kalimat Tanggapan dari Petunjuk

Namun, sejumlah alat tradisional ini memiliki kelemahan, dimana petani harus menarik alat itu terus menerus. Saat petani tidak pergi ke sawah, tidak ada yang menjalankan alatnya.

Seperti menggeser Othok othok sesuai arah angin, maupun menarik tali plastik yang dibentangkan ke sawah.

Belum lagi, kelelahan karena berkeliling areal sawah sambil berteriak-teriak sebab burung tersebut terkadang hanya berpindah tempat saat diusir dan tetap dikejar lagi oleh petani, sehingga petani harus bekerja keras.

Usaha para petani belum mencapai hasil maksimal. Untuk itu, pihaknya berharap kepada segenap dinas terkait termasuk para penyuluh pertanian agar dapat mencarikan solusi dalam menangani serangan hama burung tersebut.

Kalau hama burung tidak diusir, maka hasil panen tidak akan sebanding dengan luasan areal lahan pertanian yang ditanami padi.

“Serangan kawanan burung juga pernah terjadi sekitar tiga tahun yang lalu, bahkan lebih meluas. Akibatnya, petani was-was bila menanam padi lebih awal dan tidak serempak. Mudah-mudahan pada musim tanam tahun ini tidak terulang,” pungkasnya.***

Editor: Dimas Diyan Pradikta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x