3 Longsor Besar di Banjarnegara yang Tidak Terlupakan, Korbannya Ratusan

- 7 September 2023, 14:40 WIB
Longsor Jemblung Karangkobar Banjarnegara
Longsor Jemblung Karangkobar Banjarnegara /Brave/Antara Sumbar

BANJARNEGARAKU.COM - Kontur kabupaten Banjarnegara sangat bervariasi dari dataran hingga bukit terjal dengan jurang-jurangnya. Keadaan alam yang terakhir membuat potensi longsor cukup besar apalagi pada saat musim hujan. Ada tiga longsor besar di Banjarnegara yang menghilangkan desa yang terdampak. 

Tebing-tebing tanah ini mudah terjadi longsor baik yang menimpa jalan raya, mengenai badan jalan, bahkan memutus jalan raya. Kejadian longsor ini biasa terjadi saat musim hujan. 

Baca Juga: BPBD Purbalingga Perluas Layanan Bantuan Air Bersih ke Warga Terdampak Kekeringan

Ada 3 longsor besar yang melibatkan tewasnya ratusan orang, bahkan menghilangkan banyak nyawa. Ketiganya terjadi di kabupaten Banjarnegara dan di berbagai wilayah. 

1.Longsor Legetang, kecamatan Batur 1955

Sebuah longsor besar yang sudah banyak ditulis kisahnya di banyak media. Namun kebanyakan menulis bukan dari sisi sejarah dengan bukti buktinya namun lebih ke mitos. Kabar dari mulut ke mulut yang tidak pasti kebenarannya. 

Anton Hendrawan adalah salah satu penulis yang terlibat dalam buku Bawana Winasis Dieng: Budaya Tak Terkatakan, terbitan 2021. Menurut Anton, narasi tentang bencana Legetang dikaitkan dengan azab kemaksiatan di Legetang. Walaupun kebenarannya tidak diyakini, masyarakat sekitar mendengar cerita gethak tular (dari mulut ke mulut). 

Diceritakan longsor yang terjadi pada tanggal 16 atau 17 April 1955 itu menewaskan 232 penduduk dan 19 tamu luar Legetang. Jam kejadian tidak bisa dipastikan. Masyarakat desa sekitar hanya mendengar gemuruh pada malam saat hujan deras. Keesokan pagi yang semula adalah desa Legetang sudah menjadi tumpukan tanah. 

Satu desa Legetang lenyap. Tanah dari gunung Pangamun-amun yang berjarak ratusan meter diduga 'melompat' hingga mengubur satu desa dengan penduduknya. Penduduk Legetang yang selamat adalah mereka yang malam itu sedang berada di desa lain. 

Baca Juga: Protes Podcast Close The Door Tentang Legetang Banjarnegara yang Disebut Suka Pesta Seks

2. Longsor Sijeruk, kecamatan Banjarmangu

Longsor Sijeruk tepatnya terjadi pada 4 Januari 2006 dipicu longsor dari lereng Gunung Pawinihan yang merupakan pegunungan di wilayah Kecamatan Banjarmangu.

Dalam tragedi tersebut mengakibat 90 orang tewas dengan rincian 76 jenazah ditemukan dan 14 orang lainnya dinyatakan hilang. Adapun sebagian besar korban yang ditemukan tewas dimakamkan secara massal di pemakaman tak jauh dari lokasi kejadian.

Selain mengakibatkan 90 orang meninggal dunia, 16 orang lainnya mengalami luka-luka dan 587 jiwa mengungsi, serta 104 unit bangunan meliputi rumah dan tempat ibadah rusak tertimbun material tanah longsor.

Peristiwa tersebut dibilang fenomenal mengingat kondisi area yang tertimbun longsor meliputi satu Dusun dan rata dengan tanah.

Sebelum peristiwa naas tersebut terjadi, gejala longsor diperkirakan telah terjadi sejak sekitar pukul 01.00 WIB.

Baca Juga: Akun YouTube DPR Dalam Tahap Pemulihan, Sempat Diretas, Ini Penjelasan Polri

Pada malam itu, menurut penuturan warga setempat mendengar suara bergemuruh di gunung dekat perkampungannya seiring dengan hujan yang terus turun. Gemuruh suara tersebut berulang-ulang dan terjadi selang interval waktu satu jam dan puncaknya gelegar tanah longsor hebat pun terjadi.

Longsor hebat tersebut terjadi sekitar pukul 05.00 WIB, saat sebagian warga usai menunaikan ibadah sholat Subuh.

3. Longsor Jemblung, kecamatan Karangkobar

Salah satu sisi bukit Telagalele pecah dan longsoran nya menimpa desa Jemblung yang berada di bawahnya pada 12 Desember 2014. Media mencatat kejadian yang hanya 5 menit itu menenggelamkan 108 rumah ke dalam lumpur. 

Kejadian ini menyebabkan 76 orang tewas, 44 orang hilang,16 luka-luka dan 587 jiwa mengungsi. Pecahan bukit Telagalele masih nampak hingga 9 tahun kemudian. 

Kejadian longsor ini cukup menyita perhatian, lebih-lebih pada masa awal pemerintahan Jokowi-JK. 

Masyarakat Banjarnegara ketiga kejadian besar bisa dijadikan pelajaran bagi pemerintah dan masyarakat dalam membangun desa. Janganlah kejadian serupa terjadi lagi di masa mendatang. ***

 

 

 

 

Editor: Ali A

Sumber: berbagai sumber


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x