BANJARNEGARAKU - Apa itu cacingan? sebagian besar masyarakat mungkin sudah sering mendengar mengenai hal ini, namun sebenarnya apa? berikut penjelasan dr Titik Kusumawinakhyu.
Benarkah cacingan itu ada? dr Titik Kusumawinakhyu pada artikel ini akan menjelaskan apa itu cacingan, mulai dari pencegahan dan bahayanya.
Istilah cacingan lazim terdengar di masyarakat Indonesia, seiring kemajuan zaman, istilah ini sekarng jarang terdengar, apakah di era 4.0 cacingan masih ada?
Berikut penjelasan dari anggota tim Litbang RSI Banjarnegara dr Titik Kusumawinakhyu Msi Med mengenai apa itu cacaingan.
Menurutnya, cacingan merupakan penyakit yang disebabkan oleh parasit yang dapat hidup di dalam organ kita, yang paling dikenal di masyarakat adalah di usus. Bahasa lain dari cacingan adalah Ascariasis.
Titik menyebutkan, menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC) diperkirakan 807 juta-1,2 miliar orang di dunia terinfeksi Ascaris lumbricoides atau cacing gelang.
Cacing ini termasuk golongan nematoda usus, penyakitnya disebut ascariasis, ditularkan melalui tanah atau soil transmitted helminth.
Indonesia dengan banyaknya pertanian, dan tanah yang lembab merupakan tempat yang disukai oleh cacing.
Proses penularan dapat terjadi apabila telur Ascaris dikeluarkan melalui kotoran orang yang terinfeksi cacing tersebut, misalnya orang buar air besar sembaragan di kebun, sungai atau semak, maka telur cacing akan tersimpan di tanah.
"Jika tanah tersebut kemudian untuk menanam sayur mayur, dan orang memakan sayur dengan tidak mencuci bersih, maka telur tersebut dapat masuk ketika sayur dimakan. Inilah pentingnya mencuci sayur dan buah dengan air mengalir agar bersih ketika dikonsumsi," katanya.
Nah, apabila telur tertelan, maka menetas berubah menjadi larva rhabditiform, larva tersebut berkembang di usus dan dapat menembus dinding usus kemudian bergerak ke pembuluh darah vena juga menyebar ke pembuluh limfe, masuk ke sistem sirkulasi darah, ke jantung dan akhirnya menuju paru-paru.
Baca Juga: Sekda Banjarnegara Lepas Kontingen Persari, Berikut Pesan Selengkapnya
Larva ini dapat terus masuk ke dinding bagian paru yaitu ke alveoli, bergerak menuju rongga alveoli, sampai akhirnya ke bronkhus dan sampai glottis.
Dari glottis kemudian masuk ke esofagus, selanjutnya berkembang menjadi cacing dewasa di usus selama 12 sampai 18 bulan.
Infeksi yang disebabkan sangat merugikan karena nutrisi di usus akan diambil oleh cacing tersebut.
Gejala yang ditimbulkan dapat bermacam-macam, seperti ruam gatal di kulit, keluarnya cacing saat buang air besar, badan lemas,
Pada anak seperti terdapat tanda kurang nutrisi yaitu perut buncit dan badan kurus, terkadang batuk juga dapat disebabkan oleh cacingan ini, selain itu dapat menimbulkan keluhan gatal pada mata.
Bagaiman cara mencegah cacingan tersebut? Hal yang tepat adalah perilaku hidup bersih dan sehat.
Memakai alas kaki, tidak buang air besar sembarangan, mencuci sayur dan buah dengan bersih, mencuci tangan dan kaki, mengonsumsi air bersih dan memasak dengan benar.
Minumlah tablet obat cacing secara teratur minimal disarankan satu kali dalam setahun atau dua kali dalam satu tahun.
Baca Juga: Seberapa Jawa Kamu! Grengseng, Arti dan Kalimat Berbahasa Jawa
Jangan sepelekan! gejala berat dari cacingan ini dapat menimbulkan anemia, apabila didapati pucat, lemas, tidak bisa buang air besar dan diare, dr Titik merekomendasikan sebaiknya konsultasikan segera ke dokter.
Cacingan jarang menyebabkan kematian.
Baca Juga: Seberapa Jawa Kamu! Nggusah, Arti dan Kalimat Berbahasa Jawa
Waspada apabila perut sakit, tidak kentut dan ada tanda-tanda terkena cacingan sebelumnya, cacingan dapat menyebabkan sumbatan di usus, sehingga dapat menyebabkan kegawatan pada sistem saluran cerna
"Karena usus tersumbat oleh gumpalan cacing yang sangat banyak sehingga usus tidak dapat bergerak yang disebut ileus," tandasnya.***