Olahraga Tradisional 'Jemparingan', Perlu Dipopulerkan pada Masyarakat, Begini Selengkapnya

23 Mei 2022, 09:22 WIB
Olahraga Tradisional 'Jemparingan', Perlu Dipopulerkan pada Masyarakat, Begini Selengkapnya /Tangkap Layar jatengprov.go.id

BANJARNEGARAKU - Dinas Kepemudaan, Olahraga dan Pariwisata (Disporapar) Jawa Tengah mengajak pegiat event, guru olahraga dan pengelola objek wisata, mengenal jemparingan.

Sedikitnya, 50 orang mendapat pelatihan singkat jemparingan di Omah Alas, di Desa Wisata Kandri, Gunungpati, Semarang Sabtu, 21 Mei 2022.

Menyebut jemparingan, mungkin tak banyak yang tahu apa yang dimaksud. Begitu pula jika melihat aksi olahraga ini. Kebanyakan orang akan menyebutnya sebagai panahan.

Baca Juga: Daftar Nama Bupati Banjarnegara dari Masa ke Masa, Berikut Penjelasan Selengkapnya

Ya, saat ini jemparingan memang tidak populer di masyarakat. Padahal, olahraga tradisional ini sudah ada sejak lama.

Jemparingan, olahraga tradisional yang pentingkan rasa dilansir banjarnegaraku.com dari laman jatengprov.go.id, berikut penjelasan selengkapnya.

Maestro jemparingan asal Solo, Edy Roostopo, yang didaulat menjadi pelatih bersama Agung Sumedi, mengapresiasi kegiatan itu.

Menurutnya, jemparingan perlu dipopulerkan kepada masyarakat.

Baca Juga: Resmi! Tri Harso Widirahmanto Pejabat Bupati Banjarnegara

Selain melestarikan budaya Jawa, jemparingan juga bisa menjadi batu loncatan menuju olahraga panahan modern.

“Jemparingan itu mementingkan rasa. Nah ketika sudah bisa menguasai jemparingan, mau pindah ke cabang panahan modern bisa. Olahraga ini juga memberikan rasa fokus dan ketenangan,” sebutnya, di sela-sela kegiatan.

Ia menyebut, olahraga jemparingan termasuk olahraga murah.

Jika dibandingkan dengan panahan modern, satu set alat jemparingan (busur dan anak panah) dapat diperoleh dengan harga Rp1,2 juta. Sementara, alat panahan modern harganya di atas Rp5 juta.

Baca Juga: Penasaran Siapa Pejabat Bupati Banjarnegara? Berikut Selengkapnya

“Di Solo Raya ada 57 klub jemparingan, kalau di DIY ada 60 klub. Saat ini perkembangannya luar biasa. Harapannya olahraga ini bisa digeluti siswa siswi sekolah dasar,” imbuh Edy.

Edy mengatakan jemparingan merupakan olahraga panahan yang telah ada sejak zaman Kerajaan Mataram. Permainan ini berasal dari kata jemparing atau anak panah.

Olahraga jemparingan sendiri sangat mirip dengan panahan modern.

Namun, ada perbedaan yang mendasar, yakni pada posisi membidik. Jika panahan modern dilakukan secara berdiri, jemparingan dengan lenggah (duduk) bersila atau bersimpuh bagi perempuan

Baca Juga: Apa Arti Tawaduk, Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 3 SD MI Halaman 50

Selain itu, saat berlatih jemparingan peserta pria biasanya memakai surjan lengkap dengan jarik, plus ikat kepala. Sedangkan perempuan biasanya memakai kebaya.

“Dulu setelah 1960-an, olahraga ini dimodifikasi jadi posisi busur agak miring. Kalau yang asli itu, posisi panah horizontal kemudian menarik busur dari dada atau manah yang berarti hati,” jelasnya.

Sub Koordinator Seksi Olahraga Rekreasi dan Industri Olahraga Disporapar Jateng Anton Asviani mengatakan, pelatihan tersebut dilakukan untuk menggelorakan wisata olahraga.

Hal itu tak lepas dari potensi sport tourism yang dapat dikembangkan di penjuru Jawa Tengah.

Baca Juga: Peduli Artinya Memperhatikan, Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 3 SD MI Halaman 54

Ia menyebut, terdapat event sport tourism di Jateng yang bersifar masif. Seperti Borobudur Marathon atau Tour De Borobudur, yang sekaligus memunyai manfaat ekonomi tinggi.

“Sport tourism (wisata olahraga) di Jawa Tengah potensinya besar. Inisiatif kami agar orang yang mau berwisata mau datang karena ada sesuatu yang unik, satu di antaranya olahraga tradisi jemparingan,” ucap Anton.

Menurutnya, di Jateng banyak terdapat olahraga tradisi. Seperti jemparingan, egrang, dan sebagainya, yang dapat dibungkus sepaket dengan kunjungan destinasi wisata.

Baca Juga: Kunci Jawaban Latihan Soal Penilaian Akhir Tahun PAT Pendidikan Agama Islam Kelas 3 SD MI, Perilaku Baik

“Inisiatif kita untuk angkat olahraga tradisional, karena potensi alam di sekitar bisa dibikin alat olahraga. Seperti gendewa (busur) jemparingan dari bambu petung. Itu bisa jadi suvenir olahraga dan suvenir pariwisata. Bisa juga dijadikan paket wisata,” urainya.

Seorang peserta dari Ikatan Guru Olahraga Nasional (Igornas) Angga Raditya bersyukur dapat mengikuti latihan tersebut.

Ia akan menularkan ilmu yang didapat kepada murid-muridnya.

Baca Juga: Menjaga Kebersihan di Kelas , Kunci Jawaban Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas 3 SD MI Halaman 45

Sementara itu, Pengelola Omah Alas Masduki berharap agar olahraga jemparingan dapat dikembangkan sebagai atraksi wisata.

“Setelah Covid-19 harapannya jemparingan dapat dijadikan paket di Omah Alas. Di sini pun olahraga tradisionalnya sudah banyak dikembangkan,” pungkas Masduki.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Jatengprov.go.id

Tags

Terkini

Terpopuler