Selain itu, lanjut Kyai Zulfa, ada tokoh ulama perempuan yaitu Nyai Arnah santrinya Syaikh Nawawi Al-Bantani. Nyai Arnah asal Cimanuk, Pandeglang, Banten, mengajarkan tafsir Al-Qur'an pada masa masih sepi ulama perempuan mengajar tafsir.
"Dari Bandung ada Nyai Maryam yang membuka semacam pesantren kecil di Makkah dengan santri laki-laki. Kala itu, santri-santri dari Jawa kalau datang ke Makah, ngajinya sama Nyai Maryam dan Nyai Arnah," terangnya.
Wakil Gubernur Jawa Tengah, Taj Yasin Maimoen dalam sambutanya mengatakan, berkumpulnya para Ibu Nyai merupakan energi positif bagi pemerintah dan warga masyarakat Jawa Tengah.
Baca Juga: Ayo Ikuti Seleksi Pemain Persibara U17, Berikut Syarat dan Ketentuannya
Karena itu, sudah saatnya Ibu Nyai tampil di depan. Tidak hanya mengajar di pondok pesantren, tetapi perlu membuka ruang, baik faktual maupun digital, untuk menerima pertanyaan dan memberi solusi terhadap keluhan masyarakat.
Menurut Gus Yasin, sapaan akrab Wagub Jateng itu, saat ini jumlah santri putri di pondok pesantren lebih banyak dari pada santri putra, dengan persentase yang mencapai 60 persen.
"Persentase santri putri yang lebih banyak dari putra itu, seiring dengan meningkatnya minat orang tua memasukkan anak ke pondok pesantren. Juga karena kiprah Ibu Nyai semakin besar dalam kehidupan masyarakat," terangnya.
Baca Juga: Kantor Baperlitbang Kota Bandung Terbakar, Sumber Api Diduga Berasal dari Pengelasan Atap
Itu artinya, menurut Gus Yasin, peran Ibu Nyai semakin penting dalam membentuk kepribadian dan pendidikan santri. Sebab tanggung jawab terbesar di pondok pesantren putri adalah Ibu Nyai.
"Maka sudah tepat para Ibu Nyai bertemu membahas hal-hal penting tentang hajat pondok pesantren putri," tegasnya.
Wakil Ketua RMI PBNU, KH Hodri Arief dalam sambutan menyampaikan, peran Ibu Nyai semakin meningkat dan semakin penting.
Baca Juga: Longsor di Pagedongan Banjarnegara, 4 Jiwa Terpaksa Diungsikan
Karenanya, Silatnas ini sangat perlu membahas berbagai ihwal tekait pondok pesantren.
Termasuk ihwal ekonomi, pendidikan, dan juga perlu membicarakan politik dalam isu peradaban.***