@Alex Indra
Seharusnya kawawan industri jgn didrh atas, karena resiko truk bertonase besar tidak kuat nanjak.
Menanggapi 2 kejadian kecelakaan di hari yang sama, yakni Kamis 3 Agustus 2023 di Jalan Raya Prof Dr Hamka, Ngaliyan, Semarang atau lebih dikenal dengan turunan Silayur, Djoko Setijowarno, Wakil Ketua Bidang Pemberdayaan dan Penguatan Kewilayahan Masyarakat Transportasi Indonesia (MTI) Pusat menyatakan polisi harus tegas.
"Polisi harus tegas, kejadian seperti ini (kecelakaan truk) sudah berkali-kali. Bagaimana ini polisi, kejadian kecelakaan truk bertubi-tubi di turunan Silayur Ngaliyan Semarang," katanya.
Baca Juga: Usai Anies Temui Susi Pudjiastuti, KPP Diisukan Retak, NasDem Buka Suara
Djoko Setijowarno, akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata Semarang menyebutkan bahwa sopir atau pengemudi truk hanyalah tumbal dari orang-orang yang serakah. Baik oknum pengusaha dan oknum pejabat yang membolehkan truk melintas pada jalur di jam yang bukan peruntukannya.
"Kalau di setiap kecelakaan truk, sopirnya tewas, maka keluarga yang ditinggalkan akan merana. Kalau di setiap kecelakaan truk, melibatkan kendaraan lain, terlebih lagi ada korban baik luka maupun meninggal, sopir truk akan jadi tersangka dan masuk penjara. Anak dan istri pun akan merana, karena tulang punggung keluarga mereka sedang dipenjara."
Djoko Setijowarno mengkhawatirkan lama kelamaan orang tidak mau bekerja sebagai sopir truk. Padahal sopir truk selama ini adalah salah satu anak rantai ekonomi dari Sabang sampai Merauke.