Bulan Sya’ban Kawah Pensucian diri, Buang Sifat Tercela Hiasi Sifat Terpuji

7 Maret 2023, 17:56 WIB
Bulan Sya’ban Kawah pensucian diri, buang sifat tercela hiasi sifat terpuji /Dwi Widiyastuti/Dokumen Pribadi

BANJARNEGARAKU – Bulan Sya’ban, bulan pilihan untuk mensucikan diri. Disebut juga bulan istimewa karena bulan perbaikan untuk menyambut bulan Ramadhan. Bulan Sya’ban persiapan untuk menyongsong bulan yang penuh berkah dan ampunan.

Bulan Sya’ban yang diapit oleh dua bulan yang sangat mulia yaitu Rajab dan Ramadhan. Bulan ini tempat untuk mengosongkan jiwa menuju kepada jiwa yang bersih dan suci.

Bulan ini diapit oleh dua bulan mulia, yakni Rajab dan Ramadhan. keistimewaan Sya’ban disebut sebagai bulan Nabi Muhammad saw. Hal demikian disampaikan langsung oleh Rasulullah saw, bahwa Rajab sebagai bulan Allah, Ramadhan sebagai bulan umat Nabi Muhammad saw, sedangkan Sya’ban adalah bulannya.

Baca Juga: Tidur Terganggu? 5 Cara Tidur Menjadi Berkualitas dan Sehat

Secara Etimologi kata sya’ban dapat diterjemahkan menurut Syekh Yahya bin Mu’adz, sebagaimana disebutkan dalam kitab Duratun Nashihin, memaknai bulan Sya’ban. Masing-masing huruf penyusun katanya. Kata “Sya’ban” (شعبان) terdiri atas lima huruf:   ش (syin) berarti asy-syafa’ah wasy syarafah (pertolongan dan kemuliaan)  ع (‘ain) berarti al-‘izzah wal karamah (kemuliaan dan kehormatan)   ب (ba’) berarti al-birr (kebajikan)   ا (alif) berarti al-ulfah (kecondongan atau kasih sayang) ن (nun) berarti an-nur (cahaya atau menerangi).

Kata tersebut dapat diartikan bahwa bulan Rajab adalah pembersihan badan, Sya’ban pembersihan hati, dan Ramadhan adalah pembersihan ruh.

Inilah dimensi yang menjadi fokus pendidikan dalam rangkaian tiga bulan secara berurutan. Lantas, bagaimana cara mendidik dimensi-dimensi tersebut?

“Bulan Rajab adalah bulan untuk memperbanyak istighfar (memohon ampun) dari dosa-dosa, bulan Sya’ban untuk memperbaiki hati dari cela/keburukan, bulan Ramadhan untuk menerangi hati dan Lailatul Qadar sebagai media mendekat kepada Allah” (Syekh Utsman Bin Hasan, Duratun Nashihin, Semarang: Toha Putra, hal. 207).  

Ketiga bulan tersebut senada dengan istilah takhalli, tahalli, dan tajalli dalam dunia tasawuf.

Pertama, takhalli, yakni pengosongan diri dari sifat-sifat tercela.

Baca Juga: 2 Tempat Wisata di Cimahi, Alamnya yang Memikat dan Menenangkan Pikiran

Maqamat tertinggi adalah tobat. Tobat berarti menyesali perbuatan dosa yng telah lalu dan bertekad untuk tidak mengulangi lagi serta menjadi lebih baik lagi. Bentuk penyesalan tersebut memohon ampun atas dosa yang telah diperbuat kepada Allah SWT.

Kedua, tahalli, yakni menghiasi diri dengan sifat-sifat terpuji.

Setelah bertobat, selanjutnya menghias diri dengan amal kebaikan yang banyak. Fase pembersihan diri harus melewati tahap pengosongan atau pembersihan, dihias baru bisa dirasakan kenyamanannya.

Ketiga, tajalli, yakni terungkapnya nur ghaib bagi hati yang telah bersih sehingga mampu menangkap cahaya ketuhanan (Syamsul Munir, Ilmu Tasawuf, 2012: 209).   

Kesimpulan yang dapat diambil dari bulan Sya’ban, termasuk bulan Rajab dan Ramadhan tidak hanya panen pahala. Namun esensi dari aktivitas di dalamnya tidak lain adalah menggapai kesempurnaan hidup.

Harapannya selepas Ramadhan nanti benar-benar menjadi golangan orang-orang yang kembali dan membawa kemenangan, minal âidîn wal fâizîn.   

Amalan sunnah yang perlu dilakukan di bulan Sya’ban antara lain berpuasa.

Manfaat berpuasa di Bulan Sya’ban

Puasa di bulan Sya’ban banyak mendatangkan manfaat. Selain mendapat banyak pahala, , puasa juga memiliki hikmah yang besar terhadap kesalehan dan kesucian jiwa.

Dengan puasa kesabarab kita dilatih. Latihan untuk mengekang keinginan jasmani dan rohani.Inti dari kesabarb ketika seseorang dapat menahan diri dari segala hawa nafsu.

Puasa melatih mensyukuri nikmat Allah. Manusia akan terasa apabila nikmatnya telah dicabut.

Puasa akan menumbuhkan rasa cinta kepada sesama. Puasa dapat memberi banyak pelajaran tentang lapar, dahaga, lemah tak berdaya, dan kekerangan.

Baca Juga: Musim Sakura di Jepang, Yuk Siapkan Perjalanannya

Puasa menumbuhkan rasa cinta, kasih sayang serta dermawan, suka menolong simpati kepada sesama.

Puasa melatih keikhlasan. Ibadah puasa tidak dapat digambarkan, apalagi dipamerkan kepada orang lain. Batal tidaknya hanya diri dan Allah yang tahu. Ketulusan seseorang diuji ketika ibadah mereka tak terlihat oleh orang lain.

Puasa menjadikan pribadi manusia menjadi orang-orang yang bertaqwa. Bertaqwa adalah kunci sebaik – baiknya manusia.

Demikian Bulan Sya’ban Kawah pensucian diri, buang sifat tercela hiasi sifat terpuji.***  

Editor: Ali A

Sumber: Nuonline

Tags

Terkini

Terpopuler