Apa Hukum Tidur di Siang Bulan Ramadhan, Berikut Penjelasan Selengkapnya

- 8 April 2022, 06:28 WIB
Ilustrasi tidur siang - Tidurnya orang puasa merupakan ibadah
Ilustrasi tidur siang - Tidurnya orang puasa merupakan ibadah /Tangkapan layar/Instagram @resepmenudiet_

BANJARNEGARAKU – Puasa bulan ramadhan membawa tantangan aktivitas di siang hari, dimana tidak hanya menahan lapar dahaga dan tubuh terasa kurang energy disertai rasa kantuk dan sering memanfaatkan untuk tidur.

Sering kita mendengar bahwa tidurnya orang puasa merupakan ibadah, Lantas bagaimana hukum tidur di bulan puasa ramadhan saat siang hari?

Tidur merupakan karunia Allah yang sangat luar biasa, dimana bisa mengistirahatkan organ tubuh setelah beraktivitas seharian.

Baca Juga: Penyakit Menular, Pembahasan dan Kunci Jawaban Contoh Soal US PJOK Kelas 6 SD MI

Artikel ini akan membahas hukum tidur di siang hari bulan ramadhan, Banjarnegaraku.com melansir dari muhammadiyah.id berikut penjelasan selengkapnya.

Puasa Ramadan tentu membawa tantangan bagi umat muslim yang harus beraktivitas di siang hari. Selain menahan lapar dan haus, tubuh juga lebih terasa kurang berenergi.

Selaras dengan kepayahan yang niscaya timbul akibat ibadah puasa, terdapat hadis populer berbunyi, “Tidurnya orang puasa merupakan ibadah, diamnya merupakan tasbih, amalnya dilipat-gandakan (pahalanya), doanya dikabulkan dan dosanya diampuni.”

Di luar perdebatan redaksional dan matan hadis terkait unsur kesahihannya, Wakil Ketua Lembaga Dakwah Khusus (LDK) PP Muhammadiyah, Agus Tri Sundani menjelaskan kandungan maknanya.

Baca Juga: Berikut 9 Menu Makanan Sahur yang Bisa Membuat Kenyang Lebih Lama, Salah Satunya Telur

Menurut Agus, makna hadis di atas bisa jadi benar jika niatnya benar. Akan tetapi, beraktivitas di bulan suci Ramadan kata dia lebih afdhal dibanding tidur.

“Memang ada ungkapan tidurnya orang berpuasa adalah ibadah. Kalau tidurnya dalam rangka menghindari dari perbuatan yang sia-sia atau maksiat, maka itu bisa jadi ibadah.

Tapi kalau tidurnya hanya untuk menghilangkan kepayahan, mengulur waktu menunggu waktu buka, itu namanya menyia-nyiakan. Sebenarnya ya boleh-boleh saja tidur, tapi tinggal niat tidurnya tadi,” terangnya.

Agus menjelaskan bahwa arti puasa secara rukun adalah niat dan imsak, yaitu menahan diri dari segala hal yang merusak atau membatalkan puasa, bukan sekadar makan dan minum saja.

Baca Juga: Info Mudik Lebaran 2022, Mudik Gratis Bersama PT Jasa Raharja Apa Syarat-syaratnya, Berikut Selengkapnya

“Bulan Ramadan itu adalah bulan yang istimewa di mana seluruh amal perbuatan ditingkatkan balasan atau pahalanya, bahkan Allah sendiri yang membalas kebaikan pahala dari ibadah puasa itu,” jelas Agus melalui wawancara langsung, Sabtu 26 Maret 2022.

“Jadi kalau di masa Rasulullah Saw, justru puasa itu sebagai momen untuk perjuangan di mana melakukan aktivitas perang di waktu itu, bahkan kalau kita menarik konteksnya pada saat ini, lebih baik kita melakukan aktivitas kerja yang produktif daripada tidur.

Karena kerja itu sendiri adalah bagian daripada ibadah yang jika dilaksanakan di bulan Ramadan, tentu pahalanya akan lebih banyak lagi daripada tidur,” pungkas Agus.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Muhammadiyah


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x