Network
Sedangkan ayat tersebut merupakan kisah tentang Nabi Ibrahim yang kedatangan tamu-tamu yang sangat dimuliakan oleh Nabi Ibrahim. Ketika tamu-tamu tersebut meminta izin masuk ke rumahnya, maka tamu-tamu tersebut berkata سلامًا atau 'salama'.
Dijelaskan Ustadz Adi Hidayat, tamu-tamu yang ternyata malaikat ini, Allah SWT tugaskan untuk datang kepada Nabi Luth untuk memberikan adzab karena perilaku umatnya tersebut. Sebelum sampai kepada Nabi Luth, tamu-tamu tersebut mampir ke kediaman Nabi Ibrahim, kemudian minta izin masuk dengan mengucapkan 'salama'.
Ustadz Adi Hidayat menyebut bahwa malaikat tersebut ketika menyampaikan 'salama' itu kalimatnya nasab yang berguna untuk menunjukkan sesuatu yang terjadi pada saat itu juga. Tetapi jawaban Nabi Ibrahim menggunakan diksi سلامٌ atau 'salam' yang dibaca rofa' yang sifatnya progresif atau terus menerus.
Sehingga Ustadz Adi Hidayat menyebut bahwa mengucapkan salam itu mendo'akan supaya selamat, damai, dan tentram, yang ditunjukkan oleh Nabi Ibrahim yang senantiasa membalas sesuatu lebih baik daripada yang diberikan. Nabi Muhammad SAW sebagai keturunan dari Nabi Ibrahim juga memberikan gambaran pada umatnya, untuk membalas kebaikan salam harus lebih baik daripada orang yang mengucapkannya.
Maka turun Firman Allah SWT dalam Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 86 yang berbunyi:
وَاِذَا حُيِّيْتُمْ بِتَحِيَّةٍ فَحَيُّوْا بِاَحْسَنَ مِنْهَآ اَوْ رُدُّوْهَا ۗ اِنَّ اللّٰهَ كَانَ عَلٰى كُلِّ شَيْءٍ حَسِيْبًا
Artinya: "Dan apabila kamu dihormati dengan suatu (salam) penghormatan, maka balaslah penghormatan itu dengan yang lebih baik, atau balaslah (penghormatan itu, yang sepadan) dengannya. Sungguh, Allah memperhitungkan segala sesuatu," Al-Qur'an Surat An-Nisa ayat 86.
Harapannya, jika diberikan suatu penghormatan seperti ucapan salam maka balaslah dengan yang lebih baik. Karena arti salam dalam bahasa Arab bukan berarti selamat dalam pengertian bahasa Indonesia. Arti salam dalam Bahasa Arab lebih kepada do'a dan penghormatan.
