Cegah Pelanggaran Pemilu! Bawaslu Bakal Kerjasama dengan Facebook hingga Instagram

- 22 Oktober 2022, 09:48 WIB
Ilustrasi Pemilu.
Ilustrasi Pemilu. /Antara/Andreas Fitri Atmoko/

BANJARNEGARAKU.COM - Berbagai upaya terus diantisipasi oleh Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu), terutama dalam mengantisipasi potensi kecurangan maupun ujaran kebencian dalam Pemilu terutama pada tahapan kampanye.

Berbagai metode kampanye saat ini mulai merambah ke media siber terutama media sosial, melatarbelakangi hal tersebut Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Jabar terus berupaya mengantisipasi potensi kecurangan maupun ujaran kebencian melalui media sosial.

Sebagaimana diungkapkan Koordinator Divisi Pencegahan dan Partisipasi Masyakarat (P2M) Bawaslu Jabar, Zaki Hilmi, potensi pelanggaran dapat dilihat dari dua hal.

Baca Juga: Hari Santri Nasional Kapan Ditetapkan, Berikut Catatan Sejarahnya Secara Lengkap

Dua hal tersebut yakni pelanggaran administratif dan pidana. Kedua hal itu pun dapat mengenai peserta Pemilu yang resmi maupun masyarakat umum.

Zaki mengaku memiliki pengalaman terkait hal tersebut seperti peristiwa emak-emak yang viral belum lama ini. Walaupun dari segi hukum pidana telah ditangani oleh kepolisan unit khusus cyber crime atau kejahatan siber.

 Baca Juga: Mars Hari Santri, Berikut Liriknya Secara Lengkap dan Menjadikan Penyemat untuk Indonesia

Sebagaimana dikutip banjarnegaraku.com dari Pikiran-rakyat.com pada artikel berjudul Bawaslu Bakal Kerja Sama dengan Facebook hingga Instagram untuk Cegah Pelanggaran Pemilu yang diunggah pada 19 Oktober 2022.

Berikut pernjelasan Zaki Hilmi Koordinator Divisi Pencegahan dan Partisipasi Masyakarat (P2M) Bawaslu Jabar, dalam Kegiatan Sosialisasi Pengawasan Siber dalam Pengawas Pemilu 2024 di Hotel Papandayan, Kota Bandung, Selasa, 18 Oktober 2022.

"Jadi dalam konteks pelanggaran ini karena tren penggunaan media sosial semakin kuat maka kampanye banyak akan dilakukan lebih menggunakan media sebagai ajang kampanye yang efektif," kata Zaki.

Baca Juga: Korban Longsor Punggelan dapat Pendampingan Psikolog RSI Banjarnegara, Ini Selengkapnya

Bawaslu Jabar tak menampik bahwa saat ini memiliki keterbatasan dalam hal informasi teknologi. Terutama untuk menulusuri akun-akun media sosial (medsos) yang bersifat anonim.

Oleh karena itu, Bawaslu RI akan berkoordinasi kerja sama dengan media platform yang sudah ada seperti instagram, facebook, dan lainnya agar pelanggaran kampanye di media sosial dapat diantisipasi.

"Kita menyadari betul hambatan ruang kebebasan ekspresi dalam konteks penyelenggaraan Pemilu dengan konteks penggunaan medsos beda tipis. Misalkan peserta pemilu belum ada tapi sudah ada pandangan atau stigma negatif terhadap orang yang baru menjadi bakal calon," ucapnya.

Baca Juga: Santer Berhembus Ibu Kota Jawa Barat Akan Dipindah, Berikut Keterangan Gubernur Ridwan Kamil

Selain itu, kata Zaki, Bawaslu juga memiliki keterbatasan regulasi dalam hal penindakan secara tegas soal terhadap pelaku pelanggaran ujaran kebencian pada medsos atau media mainstrem.

"Misalkan tabloid Indonesia Barokah itu tiba-tiba ada. Makanya kita tidak bisa menindak sepihak, kita koordinasi dengan dewan pers untuk mengkatagorikan, apakah yang meanstrem seperti itu masuk dalam karya jurnalis atau tidak," ucapnya.

Sementara itu, Direktur Lingkar Madani (Lima) Indonesia, Ahmad Fauzi atau lebih dikenal sebagai Ray Rangkuti menilai model kampanye di masa yang akan datang akan menggunakan siber dari pada media ruang.

Baca Juga: Pria Tanpa Identitas Ditemukan Tewas Disekitar Jalur Kereta Api Kebakkramat Karanganyar

"Media ruang akan ditinggalkan oleh hampir semua peserta Pemilu meski pun secara verbal yang diakui di dalam Pemilu kita itu adalah yang media ruang," kata Ray.

"Media ruang itu biayanya besar, efeknya tidak terlalu banyak kepada masyarakat, tidak membangun emosi caleg dan para penyidik," katanya.

Ray menerangkan, transisi kampanye ke media siber akan dipilih karena tidak memerlukan biaya yang besar, daya jangkau luar biasa, data tahan lebih lama bahkan hingga tahun 2024.

Baca Juga: 306 Pedagang Segera Tempati Kembali PCF, Berikut Keterangan Resmi Dinperindag Purbalingga

Apalagi, kampanye di media siber tidak membutuhkan narasi yang panjang dan memiliki kecendrungan kritisme yang mendahului.

"Jadi orang hanya baca yang hebohnya saja, soal benar atau tidak orang tidak baca," katanya.

Kendati begitu, Ray menyoroti masalah yang mungkin bisa terjadi dalam kampanye media siber. Menurutnya, kampanye di medsos memiliki kecenderungan negatif, hoaks, dan politik identitas.

"Tantangan yang terberatnya itu hoaks dan politik identitas. Kalau negatif campaign itubagus bagus saja, itu tradisi yang harus kita tumbuhkan cuman sekarang ini ada pengaburan terhadap definisi negatif campaign menjadi hoks dan politik identitas, bahkan turun ke black campaign, itu sesuatu yang salah," ujarnya.

Baca Juga: 16 Produk Perusahaan Farmasi Keluarkan Peryataan Resmi Bebas dari EG dan DEG, Cek Merknya

Oleh karena itu, Ray berharap, Bawaslu Jabar yang menjadi garda terdepan bisa menjadi mata semua publik dalam konteks mensubtansi isi kampanye.

Sehingga, kampanye dengan media siber lebih banyak berisi positif dibanding negatif, black campaign, politik identitas, maupun hoaks.***(Mochamad Iqbal Maulud/PR.com)

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Pikiran Rakyat


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x