Hisab dan Rukyat di Indonesia Sudah Gunakan Teknologi Modern, Ini Penjelasan Kementerian Agama....

- 9 Maret 2024, 08:15 WIB
Ilustrasi teleskop. Hisab dan Rukyat di Indonesia Sudah Gunakan Teknologi Modern, Ini Penjelasan Kementerian Agama....
Ilustrasi teleskop. Hisab dan Rukyat di Indonesia Sudah Gunakan Teknologi Modern, Ini Penjelasan Kementerian Agama.... /Pixabay/Lars_Nissen

BANJARNEGARAKU.COM - Saat ini kemajuan teknologi semakin canggih, dan hal ini diungkapkan Kementerian Agama bahwa metode hisab dan rukyat di Indonesia telah berkembang karena menggunakan berbagai teknologi dan peralatan modern.

Dengan peralatan yang mendukung dan semakin canggih, hal ini bertujuan agar penentuan posisi hilal bisa lebih akurat.

Baca Juga: Bulan Ramadhan Kian Menjelang, Ini Lima Tips Persiapkan Diri untuk Berpuasa Agar Tetap Sehat dan Bugar

Hal ini disampaikan Kasubdit Hisab Rukyat dan Pembinaan Syariah Kementerian Agama Ismail Fahmawati mengungkapkan "kaum sarungan" tidak lagi memanfaatkan alat-alat sederhana berupa pengamatan langsung dengan mata telanjang, bambu, atau paralon. Saat ini pengamatan telah dilakukan menggunakan teleskop.

Pihaknya mencontohkan, hingga kini berbagai madrasah dan pesantren juga telah menggunakan teleskop untuk melihat benda-benda langit.

"Ulama sudah turun dan 'kaum sarungan' pakai teleskop. Perkembangan hisab dan rukyat di Indonesia sangat maju sekali dan mudah-mudahan ini bisa menandingi negara-negara lain," katanya dalam diskusi bertajuk "Kriteria Baru MABIMS Dalam Penentuan Awal Ramadhan" di Jakarta, seperti dikutip banjarnegaraku.com dari PikiranRakyat-Depok.com, Jumat, 8 Maret 2024.

Baca Juga: Segera Daftar Akun DANA Premium, Jika Ingin Dapatkan Saldo DANA Gratis dari Pemerintah Rp 700 Ribu Cair Maret

Agar penentuan hilal awal Ramadhan semakin cepat terdeteksi, Kementerian Agama menggandeng Observatorium Bosscha, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dalam kegiatan hisab serta rukyat di Indonesia.

Dijelaskan Ismail Fahmawati, bahwa Kementerian Agama bersama Observatorium Bosscha sudah beberapa kali mengamati Bulan saat siang hari. Kegiatan tersebut bukan untuk membuat keputusan, melainkan sebagai panduan dalam menentukan awal bulan.

Jadi, bila hilal tak terlihat saat magrib, hal tersebut menandakan hilal visible, sehingga Kementerian Agama bisa merumuskan sebuah kriteria pergantian bulan.

Baca Juga: Jika Anda Galbay Shopee di Pulau Ini, Harus Siap Didatangi DC Shopee PayLater

"Kementerian Agama sudah membangun beberapa observatorium sebagian tempat untuk melakukan rukyat, melihat Bulan, dan bisa juga dipakai untuk pengamatan objek-objek antariksa lainnya," katanya.

Lokasi observatorium tersebut terletak di Aceh, Yogyakarta, dan Pelabuhanratu. Tahun ini, Kementerian Agama juga berencana mengembangkan observatorium baru di Merauke.

Rencananya untuk kegiatan pemantauan hilal awal Ramadan 1445 Hijriah atau 2024 Masehi akan dilaksanakan di 134 titik yang tersebar di seluruh Indonesia.

"Teknologi bersama kita dan kita tidak mungkin tanpa teknologi. Lalu hasilnya seperti apa? Yaitu untuk membangun data," ucapnya.

Baca Juga: 7 Rekomendasi Oleh-oleh Khas Semarang yang Tahan Lama Hingga Bisa Dikirim ke Belanda

Sementara itu, Peneliti Astronomi dan Astrofisika BRIN Thomas Djamaluddin menjelaskan pengamatan hilal tidak sesederhana yang dipikirkan kebanyakan orang. Hal ini dikarenakan ada kontras antara cahaya hilal yang sangat tipis dengan gangguan cahaya syafaq (cahaya senja) yang masih cukup terang.

Ditambahkan Thomas Djamaluddin, fenomena kontras dua cahaya itulah yang mengharuskan ada tinggi minimal dan jarang elongasi agar kontras antara hilal yang tipis dengan cahaya syafaq menjadi tinggi. Dengan demikian, tim perukyat dapat mengambil keputusan kapan waktu pergantian bulan berkat penggunaan teleskop yang mempermudah pengamatan hilal.***

DISCLAIMER: Sebagian dari artikel ini sudah tayang di PikiranRakyat-Depok.com pada 8 Maret 2024, dengan judul: Kementerian Agama Ungkap Hisab dan Rukyat di Indonesia Sudah Gunakan Teknologi Modern.

 

 

Editor: Dian Sulistiono

Sumber: Pikiranrakyat-Depok.com


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah