'Hmmm, masih cukup.' Lala berdiri di depan cermin. 'Kenapa belakangan ini aku tidak pernah memakainya, ya?'
Lala terus mematut diri. Awalnya tidak ada masalah, tetapi lama-lama Lala merasa gerah. Dia juga sulit bernapas dengan lega. Kulitnya mulai terasa gatal. Lala lalu berusaha menggaruk punggungnya.
Breeet …!
'Kak, baju Kakak sobek!' Kiki berteriak. Lala terdiam. Dengan sedih dia meraba bagian baju yang sobek.
'Nanti minta tolong Ibu untuk menjahitnya, Kak,' usul Kiki.
'Bisa sih, tapi ….' sahut Lala pelan. Dalam hati dia mengakui, memakai baju sempit sungguh tidak nyaman.
Lala juga menjadi paham mengapa akhir-akhir ini dia tidak pernah lagi memakai baju itu. Mungkin baju itu akan bertambah sobek kalau dia terus memakainya. Lala melihat bayangan dirinya dan Kiki di cermin. Ternyata, Lala memang sudah besar. Dia sudah tak cocok lagi memakai baju itu.
'Ya, nanti kita minta tolong Ibu menjahit baju ini,' katanya. Kemudian Lala menambahkan, 'Nanti baju ini buat kamu saja.'
'Yang benar, Kak? Horeee!' teriak Kiki senang.
Lala mengangguk pelan. 'Iya, untukmu saja.'