Asal-usul Penamaan Desa Gembongan Banjarnegara, Kisah Tragis Prajurit Sandi Mataram Nyai Sekar Kencana

16 November 2023, 12:19 WIB
Ilustrasi Sultan Agung dalam film Sultan Agung untuk Asal-usul Penamaan Desa Gembongan Banjarnegara, Kisah Tragis Prajurit Sandi Mataram Nyai Sekar Kencana /Cineverse

BANJARNEGARAKU.COM - Desa Gembongan terletak di Kecamatan Sigaluh, Kabupaten Banjarnegara. Jarak dari kota Banjarnegara sekitar 8 km ke arah timur. Asal-usul penamaan Desa Gembongan tak lepas dari kisah tragis prajurit sandi Kerajaan Mataram Nyai Sekar Kencana yang dibunuh secara keji oleh penjajah Belanda. 

Desa Gembongan memiliki sejarah yang kaya akan peristiwa bersejarah pada masa Kerajaan Mataram di bawah pimpinan Sultan Agung Hanyokrakusuma pada tahun 1628 dan 1629. Pada waktu itu, terjadi penyerangan besar-besaran terhadap kompeni Belanda di Batavia (sekarang Jakarta).

Baca Juga: Penamaan Desa Plorengan Banjarnegara, Wasiat Kyai Dana Setelah Bertemu Macan Loreng

Dikutip dari laman Pemerintah Desa Gembongan Sigaluh bahwa banyak tokoh, pendekar, dan prajurit dari kerajaan tersebut tersebar ke berbagai wilayah untuk membangun kekuatan angkatan perang dan ketahanan kerajaan.

Dari sekian banyak tokoh yang berperan, ada yang memilih untuk menetap dan membuka wilayah pemukiman serta lahan pertanian di berbagai pelosok. Beberapa di antaranya menjadi tokoh penting bagi wilayah dan masyarakat Gembongan.

Desa Gembongan, sebagian besar wilayahnya saat ini, dulunya merupakan bagian dari ibukota Kadipaten Sigaluh. Nama "Gembongan" berasal dari suatu pedukuhan tempat ditemukan dan dimakamkannya bagian tubuh (gembung) seorang tokoh prajurit sandi (wanita) dari kerajaan Mataram. Tokoh ini bernama Nyai Gondhar alias Gondhari alias Nyai Sekar Kencana.

Asal usul sebutan "Gembongan" mengisahkan mengenai kematian tragis Nyai Gondhar yang dimutilasi oleh orang-orang suruhan kompeni Belanda. Sebutan "Gembongan" sendiri berasal dari kata "gembung" dan "pangan".

Baca Juga: Mengenal Sejarah Desa Mantrianom Banjarnegara, Jejak Kyai Lutung Sang Mantri Pangeran Diponegoro

Masyarakat pada saat itu berpendapat bahwa badan (gembung) harus diisi dengan makanan (pangan). Harapan mereka adalah agar masyarakat di masa mendatang selalu dicukupkan pangan dan tanah pertanian subur untuk menciptakan kehidupan yang makmur.

Pada masa perang Diponegoro (1825-1830), Adipati Sigaluh dan pasukannya, yang dikenal sebagai pasukan Baleragas, bergabung dengan pasukan Kadipaten Panje Roma Kebumen.

Mereka bergabung untuk mendukung perjuangan Pangeran Diponegoro melawan kompeni Belanda. Meskipun perang berhenti, Adipati Sigaluh tidak kembali ke Kadipaten Sigaluh, sehingga kursi Kadipaten kosong.

Tidak adanya putra pengganti Adipati Sigaluh membuat para sesepuh dan tokoh Kadipaten Sigaluh mengambil keputusan penting.

Wilayah Kadipaten Sigaluh pun dipecah menjadi beberapa desa, salah satunya adalah desa Gembongan. Desa ini masuk di bawah kekuasaan Kadipaten Banjarkulon (Banjar Watu Lembu).

Baca Juga: Mengenal Sejarah Desa Pagak Banjarnegara, Jejak Kayu Jati dalam Penamaan Desa Pagak

Pada tahun 1829, Kesultanan Mataram menunjuk Raden Sergi Jaya Menggala sebagai Kepala Desa atau Lurah Gembongan. Ia memimpin desa ini hingga tahun 1854.

Keputusan ini menjadi tonggak penting dalam pembentukan Desa Gembongan yang terus berkembang menjadi bagian integral dari sejarah Banjarnegara.

Desa ini, dengan jejak sejarahnya yang penuh warna, menjadi saksi bisu perjuangan dan perubahan yang membentuk identitasnya hingga hari ini.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Pemdes Gembongan Sigaluh

Tags

Terkini

Terpopuler