Yuk Berkunjung ke Desa Wisata Pagak, Ada Potensi Unggulan Ekraf Minyak Atsiri hingga Alat Kesenian dari Bambu

- 6 Maret 2024, 09:04 WIB
Desa Wisata Pagak Banjarnegara
Desa Wisata Pagak Banjarnegara /Tangkap layar instagram @desawisatapagak

Para pembeli minyak atrisi ini, selain dari lokal dan perusahaan besar di Indonesia jug merupakan warga negara asing, seperti India, Vietnam, dan sebagainya, mereka juga terkadang menyempatkan diri untuk menginap di Desa Pagak untuk menunggu hasil penyulingan minyak atsiri, bahkan berinteraksi dengan masyarakat dan dikenalkan budaya lokal masyarakat Desa Pagak.

Alat Kesenian Terbuat dari Bambu

Memiliki nama Gumbeng, alat kesenian ini bukan sekadar media hiburan masyarakat desa. Kesenian ini lekat dengan kebudayaan masyarakat agraris. 

Dahulu, para petani memainkannya sebagai bagian dari prosesi ritual. Tradisi itu dihayati sebagai pengejawantahan rasa syukur terhadap Yang Maha Kuasa atas kelimpahan hasil panen. 

Masyarakat kuno apalagi masih mempercayai Dewi Padi atau biasa disebut Dewi Sri. 

Gumbeng diyakini sebagai ritus untuk mengiringi atau mengarak Dewi Sri menuju Kayangan. Karena itu, kesenian tersebut biasa dimainkan bersama saat menjelang bercocok tanam dan sehabis panen raya padi. 

Ada doa yang mengiring dalam ritual itu agar mereka berhasil menanam padi hingga panen tanpa hambatan. 

Kesenian itu dimainkan oleh minimal 12 orang dalam satu kelompok musik. Dalam formasi itu, 4 orang memainkan alat musik Gumbeng, 2 orang memegang Dendem, 2 orang menabuh Gong dan melodi, 2 orang memainkan kecruk dan 2 orang lainnya menabuh keprak. 

Lagu pengiring musik itu adalah kidung Jawa berupa tembang Macapat atau Dandang Gula yang dinyanyikan oleh sinden. 

 Baca Juga: Presiden Jokowi Tegaskan Tak Ada Kenaikan BBM dalam Waktu Dekat, Harga BBM Tetap Stabil...

Halaman:

Editor: Dimas D. Pradikta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah