Suara Tidak Sepakat pada Sarasehan Seni, Budaya, dan Icon Banjarnegara

- 24 Juni 2024, 17:00 WIB
Para Budayawan Banjarnegara di Sarasehan dan Deklarasi Seni, Budaya dan Icon Banjarnegara
Para Budayawan Banjarnegara di Sarasehan dan Deklarasi Seni, Budaya dan Icon Banjarnegara /Brave / Banjarnegaraku

“Harus ada tinjauan historis mendalam. Lebih baik mengangkat Dieng yang sudah dibranding oleh Disparbud bertahun-tahun,” ujar Wawan memperingati. 

Wawan juga mengharapkan ada kajian mendalam untuk mengangkat sebuah simbol bagi daerah. 

Baca Juga: Mari Kenali Hewan di Sekitar Kita: Kunci Jawaban IPAS Kelas 3 SD MI Kurikulum Merdeka Halaman 5

“Perlu diskusi lebih panjang untuk menciptakan ikon,” tegasnya. 

Menanggapi hal ini, Wahono sebagai penggagas segera mengambil pelantang (mikrofon) untuk menjelaskan. Wahono menyebut pencarian simbol sudah melewati waktu yang cukup panjang. 

Pegiat seni tari dari Tunggoro, Mulyani, memilih menggunakan istilah ‘Tok Melong’ daripada ‘Blaka Suta’ atau Cablaka. Meskipun artinya mirip ada kejujuran dan keberanian, namun istilah ‘Tok Melong’ lebih Banjarnegara. 

Baca Juga: Menguji Ketepatan Gemini dengan Membuat Itinerary 3 Hari di Dieng

“Asal kata Bima juga bisa diambil dari Candi Bima bukan dari Bima Lukar” ujarnya. 

Logo Lama dan Logo Baru Kabupaten Banjarnegara
Logo Lama dan Logo Baru Kabupaten Banjarnegara Brave / Banjarnegaraku

Sementara Adi Cahyono, pegiat budaya yang sekarang menjabat kepala dinas Indagkop Banjarnegara menyarankan Dieng lebih dipilih. 

Halaman:

Editor: Aris BRAVE

Sumber: Liputan Banjarnegaraku


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah