Cek! Ini Fakta Ilmiah Mengejutkan Soal Air Susu Ibu (ASI) dan Susu Formula, Simak Selengkapnya...

14 Mei 2023, 11:05 WIB
Ilustrasi ASI ekslusif. Cek! Ini Fakta Ilmiah Mengejutkan Soal Air Susu Ibu (ASI) dan Susu Formula, Simak Selengkapnya... /Pixabay.

BANJARNEGARAKU.COM - Air Susu Ibu (ASI) biasanya dianggap sebagai pilihan utama untuk makanan pertama bayi. Sedangkan WHO (Organisasi Kesehatan Dunia) merekomendasikan bahwa bayi harus disusui secara eksklusif selama enam bulan pertama kelahirannya.

ASI juga kaya akan antibodi ibu, dan memiliki sifat anti-infeksi. ASI juga merupakan makanan yang dinamis dan mudah beradaptasi – lebih berlemak di sore dan malam hari daripada di pagi hari, misalnya.

Baca Juga: Kepala Pelatih Timnas Pencak Silat Indonesia Ungkap Kronologinya, Tepis Rumor Bayu Lesmana Dipaksa WO

Dan ketika mulut bayi menempel pada payudara ibu, semburan susu pertama, atau foremilk, encer dan tinggi laktosa, membuat dahaga bayi terpuaskan. Kemudian, berikutnya ada hindmilk, yang teksturnya lebih creamy dan lebih berlemak, membuat bayi lebih cepat kenyang.

Dilansir Banjarnegaraku.com dari Pikiran-Rakyat.com pada 12 Mei 2023, Fakta Ilmiah Mengejutkan Soal Air Susu Ibu (ASI) dan Susu Formula.

Diketahui, aspek dinamis ini adalah salah satu alasan mengapa ASI sulit untuk ditiru, meskipun ada banyak kemajuan dalam kualitas susu formula bayi.

Baca Juga: Meriah! Jalan Sehat Peringatan Hardiknas 2023 Perkuat Sinergi Bidang Pendidikan

“Air susu ibu bervariasi selama menyusui, sepanjang hari, dari awal sampai akhir menyusui, dan sampai batas tertentu pada faktor ibu seperti dietnya,” kata Mary Fewtrell, seorang profesor nutrisi pediatri di University College London, yang menerbitkan penelitian yang masih ditinjau tentang laktasi. Sementara susu formula tak memiliki variasi yang dipunyai ASI.

Fewtrell menyoroti bahan nonnutrisi dalam ASI, seperti hormon, sel (termasuk sel induk), microRNA (untaian kecil materi genetik), yang memberikan khasiat unik.

“Kami masih belum sepenuhnya memahami peran dari semua komponen ini, tetapi... kemungkinan besar mereka memungkinkan ibu untuk mengirimkan informasi kepada bayi tentang pengalamannya dan lingkungan. Itulah sebabnya menyusui kadang-kadang digambarkan sebagai penyesuaian nutrisi (personalized nutrition)," kata Fewtrell. seperti dilansir laman BBC.

Baca Juga: Jalan Sehat Hardiknas Bersama Bupati Tiwi, Berhadiah Motor sampai Kambing

Namun, sementara lebih dari 80 persen bayi di AS disusui pada awal kelahiran mereka, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, angka itu turun menjadi 58 persen setelah bayi berusia enam bulan.

Lembaga kesehatan telah mencoba meningkatkan angka itu, misalnya dengan menawarkan lebih banyak dukungan menyusui kepada ibu.

Mendiagnosis dan mengobati kondisi seperti tongue-tie pada bayi juga dapat membantu. Tongue-tie adalah kelainan pada frenulum lidah bayi sehingga berukuran terlalu pendek yang membuat bayi sulit menyusu.

Baca Juga: Garuda Muda Melaju ke Final Lewat Gol Dramatis Taufany, Saat Tundukan Vietnam 3-2 di Semifinal SEA Games

"Untuk bayi, satu-satunya alternatif yang aman jika bayi tidak disusui adalah susu formula yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal," katanya.

Formula yang lebih baik

Pembuatan susu formula telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir. Sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20, pemberian susu botol bukanlah pilihan yang aman. Di panti asuhan selama awal 1900-an, sebanyak 80 persen bayi yang diberi susu botol meninggal selama tahun pertama kehidupan mereka.

Penyebabnya, infeksi dari botol yang tidak steril. Sejak susu formula untuk bayi pertama kali diproduksi secara komersial pada tahun 1865, produksinya hanya menggunakan empat bahan utama (susu sapi, tepung gandum dan malt, dan kalium bikarbonat), tetapi kini kandungan nutrisinya telah disempurnakan dengan cara yang luar biasa.

Baca Juga: Sabtu 13 Mei 2023, Sudah Ada 10 Partai Politik di Banjarnegara Mendaftarkan Bakal Calon Anggota Legislatif

Beberapa sumber lemak sering digunakan dalam susu formula, termasuk susu sapi atau susu kambing. Selain itu, minyak nabati seperti kelapa sawit, bunga matahari atau lobak, ditambah asam lemak juga kerap ditambahkan dalam pembuatan susu formula.

Salah satu asam lemak yang disebut DHA (asam docosahexaenoic, sejenis lemak omega-3), diyakini berperan penting dalam perkembangan bayi. Oleh karena itu, DHA kini menjadi bahan wajib susu formula di Uni Eropa.

Dalam ASI, karbohidrat utama adalah laktosa. Dalam susu formula, laktosa biasanya ditambahkan ke dasar susu bubuk skim dan ditambah mmaltodextrin(karbohidrat yang berasal dari jagung atau kentang).

Baca Juga: Partai Bulan Bintang, Daftaran Bakal Calon Anggota DPRD Kabupaten ke KPU Banjarnegara

Di Inggris, glukosa tidak dikonsumsi secara rutin, tetapi di Amerika Serikat, glukosa seperti sirup jagung, biasa digunakan. Penggunaan gula ini meningkatkan risiko kerusakan gigi pada bayi ketika gigi mereka tumbuh.

Protein utama ASI adalah whey (salah satu jenis protein utama yang terkandung dalam produk susu) dan kasein, yang berubah secara proporsional seiring pertumbuhan bayi, ditambah lactoferrin yang ditemukan pada konsentrasi yang lebih tinggi dalam kolostrum.

Kuantitas dan komposisi protein berbeda dalam formula berdasarkan susu sapi dan kambing, yang memiliki rasio kasein terhadap whey lebih tinggi daripada susu manusia. Susu formula juga mengandung campuran vitamin (termasuk A, D, B dan K), mineral seperti kalsium, magnesium, besi, seng dan banyak elemen lainnya. Sayangnya, susu formula juga bisa mengandung bahan tersembunyi dan tidak diinginkan, seperti polutan dan zat beracun.

Baca Juga: Partai Gerindra Datangi KPU Banjarnegara, Serahkan Berkas Persyaratan Pendaftaran Bakal Calon Anggota DPRD

Terkontaminasi logam berat

Pada tahun 2017, Proyek Label Bersih, sebuah organisasi nirlaba (non profit) yang berbasis di AS menguji produk untuk zat beracun seperti pestisida dan logam berat, menemukan bahwa hampir 80 persen dari 86 sampel susu formula bayi dinyatakan positif mengandung arsenik.

Ia juga menemukan bahwa susu formula berbahan dasar kedelai memiliki kadmium tujuh kali lebih banyak, logam karsinogenik yang ditemukan dalam baterai, ketimbang susu formula lainnya.

Dua tahun kemudian, peneliti dari Clean Label Project dan Departemen Neurologi di University of Miami menerbitkan sebuah penelitian tentang kandungan logam berat dari 91 susu formula bayi. Mereka menemukan bahwa 22 persen sampel susu formula bayi yang diuji melebihi batas paparan timbal yang ditetapkan oleh undang-undang negara bagian California.

Baca Juga: Partai Golkar Banjarnegara Serahkan 50 Berkas Persyaratan Pendaftaran Bacaleg ke KPU

Sementara 23 persen melebihi batas kadmium negara bagian. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa kontaminasi logam berat tingkat rendah tersebar luas dalam makanan dan susu formula bayi.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk memahami efek kesehatan jangka panjang dari paparan logam berat tingkat rendah kronis setiap hari pada bayi.

Penelitian lain tentang makanan bayi di Swedia menemukan bahwa paparan kadmium dari makanan anak-anak yang diberi susu formula hingga 12 kali lebih tinggi daripada mereka yang diberi ASI. Meskipun kadarnya masih dalam batas mingguan yang dapat ditoleransi yang ditetapkan oleh WHO dan FAO.***

Editor: Dimas D. Pradikta

Sumber: Pikiran-Rakyat.com

Tags

Terkini

Terpopuler