Cara Membuat Ketupat atau Kupat, Filosofi Makanan Khas Lebaran Masyarakat Muslim Indonesia

- 13 April 2023, 13:49 WIB
Ketupat atau kupat menjadi makanan khas di hari lebaran, memiliki filosofi yang mendalam
Ketupat atau kupat menjadi makanan khas di hari lebaran, memiliki filosofi yang mendalam /flickr.com/

BANJARNEGARAKU.COM - Ada tradisi menu lebaran yang menjadi ciri khas di masyarakat muslim di Indonesia, yaitu pada hari itu ketupat atau kupat tampil sebagai makanan khas yang dipadu dengan berbagai sayuran menghiasi hari lebaran dengan suka cita.

Sedangkan, ketupat atau di beberapa daerah seperti di Jawa dan Sunda menyebutnya kupat, adalah sebuah makanan yang terbuat dari beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa muda yang berbentuk jajaran genjang.

Pada artikel ini kita akan menyajikan cara membuat ketupat atau kupat dilengkapi dengan FILOSOFI dan Sejarahnya Sebagai Makanan Khas Lebaran Bagi Masyarakat Muslim Indonesia.

Baca Juga: Cek Fakta! Ternyata Ketupat jadi Makanan Khas Lebaran Bagi Masyarakat Muslim Indonesia

Cara membuat ketupat atau kupat

Bahan-bahan yang dibutuhkan:

1. Beras putih 1 kg

2. Daun pandan secukupnya

3. Air secukupnya

Alat yang dibutuhkan:

1. Anyaman ketupat

2. Panci besar

3. Pisau

 Baca Juga: Viral di Medsos! Cewek Cantik di Magelan Nekat Curi Motor, Saat Ini Diamankan Polsek Bandongan

Langkah-langkah:

1. Siapkan anyaman ketupat yang cukup banyak. Jumlahnya disesuaikan dengan jumlah ketupat yang ingin dibuat.

2. Bersihkan beras putih dan rendam dalam air selama 2-3 jam. Kemudian tiriskan.

3. Ambil daun pandan, cuci bersih, dan ikat-ikat dengan rapat.

4. Masukkan beras putih ke dalam anyaman ketupat. Jangan terlalu penuh agar nanti ketupat bisa mengembang. Tarik ujung anyaman ketupat dan rapatkan.

5. Didihkan air dalam panci besar. Masukkan ketupat dan daun pandan ke dalam air mendidih. Pastikan air sudah cukup banyak dan ketupat benar-benar terendam.

6. Masak ketupat selama 2-3 jam dengan api sedang sampai matang dan padat. Jangan lupa sesekali diaduk agar ketupat matang merata dan tidak lengket di dasar panci.

 Baca Juga: Tips Atasi Galau Ketika Kita Tidak Memiliki Uang, Nomer 4 Wajib Dicoba..

7. Angkat ketupat dan tiriskan. Setelah agak dingin, keluarkan dari anyaman ketupat.

Ketupat lebaran siap disajikan! Biasanya ketupat lebaran disajikan bersama opor ayam, rendang, atau sayur lodeh.

Bagi sebagian masyarakat muslim di Indonesia, lebaran tanpa ketupat atau kupat terasa ada yang kurang. Dipadu dengan bermacam sayuran, sesuai sayuran khas di masing-masing daerah, kupat menjadi menu andalan di hari lebaran.

Kupat menjadi makanan yang menemani kebersamaan saat keluarga besar berkumpul di hari lebaran untuk saling maaf memaafkan. Itulah salah satu filosofi ketupat bagi masyarakat muslim di Indonesia.

 Baca Juga: Longsor di Banjarnegara, Rumah Warga Jembangan Punggelan Terancam

Ternyata ketupat atau kupat tak lepas pula dalam sejarah dan perkembangan Agama Islam di Indonesia, dimana makanan ini menjadi salah satu media yang cukup penting dalam penyebaran Islam di Indonesia, khususnya di Pulau Jawa.

Ketupat atau Kupat dalam Ritual Adat

Mengutip dari sejumlah sumber, asal usul ketupat dimulai pada abad 15 hingga abad 16, zaman Sunan Kalijaga, seorang Wali Songo yang ikut menyebarkan Agama Islam di Pulau Jawa.

Beliau menggunakan kupat sebagai media budaya dan filosofi untuk membaurkan antara masyarakat di Jawa dengan nilai-nilai Islam.

Sejumlah ahli sejarah menduga asal usul ketupat sudah ada sejak zaman masa Hindi Budha di Indonesia.

Karena di Bali yang masyarakatnya mayoritas beragama Hindu, beras yang dibungkus dengan anyaman daun kelapa itu, sebagai bagian dari ritual adat mereka.

Di masyarakat Hindu di Bali, mereka menyebutnya bukan ketupat melainkan Tipat.

Pada akhirnya di sebagian masyarakat di Indonesia, saat ini ketupat atau kupat digunakan dalam acara ritual untuk memohon dan sebagai rasa tanda syukur kepada Tuhan.

 Baca Juga: Penyanyi Cantik Ini Serukan Brantas Mafia Berkedok Kontraktor

Sejak Agama Islam menyebar di Indonesia, ketupat atau kupat juga digunakan dalam berbagai ritual adat di sejumlah daerah di Indonesia.

Di Pulau Jawa, kupat juga tampil di acara Sekaten atau di ritual adat Gerebeg Maulud Nabi, dan upacara adat lainnya.

Demikian pula di Pulau Bangka ada tradisi yang diberi nama Perang Ketupat, yang dilaksanakan setiap menjelang 1 Muharram, yang bermakna untuk mengusir bencana dan bahaya.

Ritual adat ini dimaksudkan untuk memohon rezeki dan keselamatan kepada Allah SWT.

Bahkan, di masyarakat Melayu di sejumlah negara di kawasan Asia Tenggara, seperti di Malaysia, Singapura, dan Brunei, mereka juga mengenal ketupat.

Filosofi Mendalam Ketupat atau Kupat

Mengutip dari Science Direct, sebuah penelitian yang berjudul “ Ketupat as Traditional Food of Indonesia” oleh Angelina Rianti, menuliskan bahwa Bakda Lebaran dan Bakda Kupat dikembangkan oleh Sunan Kalijaga.

 Baca Juga: Gus Baha: Inginkan Pahala Lebih Baik dari Dunia dan Seisinya? Dirikanlah Sholat Ini!

Dalam laporan penelitiannya disebutkan bahwa keduanya memiliki kaitan yang erat dengan ketupat. Selama Bakda Kupat, hampir setiap rumah terlihat ramai dan orang-orang menganyam daun kelapa menjadi ketupat.

Lalu, dimasak dan dibagikan kepada tetangga, keluarga, serta saudara sebagai simbol kebersamaan.

Di masyarakat Jawa atau Sunda mereka menyebutnya kupat, yang merupakan kepanjangan ngaku lepat atau mengakui kesalahan dan memohon pintu maaf kepada orang-orang di sekeliling kita pada hari lebaran.

Tidak hanya itu, kupat juga diartikan sebagai laku papat yang terdiri dari empat aksi. Keempatnya yaitu lebaran (pintu maaf dibuka lebar-lebar), luberan (berlimpah), leburan (saling memaafkan), dan laburan (bebas dari dosa-dosa).

 Baca Juga: 10 Hari Terkhir Bulan Ramadhan Memiliki Banyak Keistimewaan, Apa Saja?

- Lebaran berasal dari kata lebar, bermakna pintu ampun dibukakan lebar untuk orang lain.

- Luberan berasal dari kata luber, bermakna rezeki melimpah dan bersedekah pada orang yang membutuhkan.

- Leburan berasal dari kata lebur, yang bermakna berarti dosa-dosa dalam satu tahun terakhir akan dilebur.

- Laburan, yang merupakan kata lain dari kapur, artinya menyucikan diri menjadi putih kembali, seperti seorang bayi.

Dalam pembuatan ketupat atau kupat, terlebih dahulu daun kelapa muda dianyam cukup rumit.

Kerumitan anyaman menggambarkan keragaman masyarakat Jawa yang harus dilekatkan dengan silahturahmi, sedangkan beras dimaknai nafsu duniawi.

Baca Juga: Ini Jawaban Kapolri dan Kapolda pada Sidang Gugatan Praperadilan MAKI terkait Pungli Bintara Polda Jateng

Ada juga yang memaknai rumitnya anyaman adalah beragam kesalahan manusia, sedangkan beras putih di dalamnya dimaknai dengan kesucian hati yang memaafkan kesalahan tersebut.

Sedangkan pemilihan daun kelapa muda sebagai bahan pembuatan ketupat atau kupat atau di masyarakat Jawa dan Sunda menyebutnya janur. Ini merupakan akronim dari Jannah Nur atau “Cahaya Surga”. Janur juga dianggap merupakan akronim dari “Jatining Nur” atau “Hati Nurani”.

Demikianlah informasi cara membuat ketupat atau kupat dilengkapi dengan filosofi dan sejarahnya makanan ini jadi makanan khas di hari lebaran.***

Editor: Dimas D. Pradikta


Tags

Artikel Pilihan

Terkait

Terkini

Terpopuler

Kabar Daerah

x