“Kami masih belum sepenuhnya memahami peran dari semua komponen ini, tetapi... kemungkinan besar mereka memungkinkan ibu untuk mengirimkan informasi kepada bayi tentang pengalamannya dan lingkungan. Itulah sebabnya menyusui kadang-kadang digambarkan sebagai penyesuaian nutrisi (personalized nutrition)," kata Fewtrell. seperti dilansir laman BBC.
Baca Juga: Jalan Sehat Hardiknas Bersama Bupati Tiwi, Berhadiah Motor sampai Kambing
Namun, sementara lebih dari 80 persen bayi di AS disusui pada awal kelahiran mereka, menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit, angka itu turun menjadi 58 persen setelah bayi berusia enam bulan.
Lembaga kesehatan telah mencoba meningkatkan angka itu, misalnya dengan menawarkan lebih banyak dukungan menyusui kepada ibu.
Mendiagnosis dan mengobati kondisi seperti tongue-tie pada bayi juga dapat membantu. Tongue-tie adalah kelainan pada frenulum lidah bayi sehingga berukuran terlalu pendek yang membuat bayi sulit menyusu.
"Untuk bayi, satu-satunya alternatif yang aman jika bayi tidak disusui adalah susu formula yang dirancang untuk memenuhi kebutuhan nutrisi bayi dan mendukung pertumbuhan dan perkembangan normal," katanya.
Formula yang lebih baik
Pembuatan susu formula telah berkembang pesat selama beberapa dekade terakhir. Sepanjang abad ke-19 dan awal abad ke-20, pemberian susu botol bukanlah pilihan yang aman. Di panti asuhan selama awal 1900-an, sebanyak 80 persen bayi yang diberi susu botol meninggal selama tahun pertama kehidupan mereka.
Penyebabnya, infeksi dari botol yang tidak steril. Sejak susu formula untuk bayi pertama kali diproduksi secara komersial pada tahun 1865, produksinya hanya menggunakan empat bahan utama (susu sapi, tepung gandum dan malt, dan kalium bikarbonat), tetapi kini kandungan nutrisinya telah disempurnakan dengan cara yang luar biasa.