BANJARNEGARAKU.COM - Ketupat yang dipadukan dengan kuah santan selalu menyertai suasana lebaran khususnya pada masyarakat Jawa. Tak hanya menjadi makanan khas lebaran, ketupat ternyata memiliki makna filosofis tersendiri.
Penamaan ketupat, penggunaan janur (daun kelapa muda), bentuk ketupat, isian ketupat, hingga kuah santan mempunya makna filososfis yang dalam. Oleh karena itu, ketika kita menikmati ketupat di tengah keramaian Lebaran, kita juga mengingat dan merenungkan makna filosofis yang terkandung, sehingga pengalaman makan menjadi lebih bermakna dan berkesan.
Penamaan 'Ketupat'
Dikutip dari laman diskominfo.kaltimprov.go.id, 'ketupat' berasal dari kata “Kupat” yang memiliki arti ganda: 'ngaku lepat' (mengakui kesalahan) dan 'laku papat' (empat tindakan).
Keempat tindakan tersebut meliputi: luberan (melimpahi), leburan (melebur dosa), lebaran (pintu ampunan terbuka lebar), dan laburan (menyucikan diri). Hal ini menggambarkan pentingnya pengakuan kesalahan sebagai langkah awal menuju kesucian dan pengampunan.
Baca Juga: 6 Restaurant di Banjarnegara Cocok untuk Makan Bersama Keluarga Besar, Nomor 3 Buka di Hari Lebaran
Filosofi Janur Sebagai Pembungkus Ketupat
Janur, yang digunakan sebagai pembungkus ketupat, memiliki makna filosofis yang mendalam menurut tebuireng.online. Janur secara filosofis melambangkan kebersihan dan kesucian manusia setelah menjalankan ibadah puasa.
Proses pembuatan anyaman janur yang rumit mencerminkan kompleksitas kehidupan manusia yang penuh dengan liku-liku. Ini mengingatkan kita bahwa dalam hidup selalu ada kesalahan dan tantangan yang harus dihadapi.